Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari "Laskar Pelangi" ke Laskar Kreatif

Kompas.com - 15/10/2008, 01:06 WIB

”Pasar (ekonomi kreatif) hanya akan terbentuk jika kita punya IT literacy tinggi dan sebesar-besarnya masyarakat mengakses IT”.

(Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu, INAICTA 2008, 08/8/2008)

Menonton film Laskar Pelangi tak diragukan lagi merupakan pengalaman menggetarkan. Penonton tergetar karena ketegaran menyambut tantangan masa depan yang diperlihatkan anak-anak muda Belitung. Selebihnya, yang menggetarkan adalah panorama alam Indonesia yang diangkat oleh sineas Tanah Air ke layar perak. Segalanya tampak polos, alamiah.

Itu tentu sudah pencapaian yang bagus. Sukses Laskar Pelangi setelah Ayat-ayat Cinta meneguhkan apa yang disampaikan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu mengenai kebangkitan industri kreatif di Tanah Air. Seperti disampaikan dalam kuliah umum di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) di Tangerang, 5 September silam, sekarang ini ada 14 bidang yang diunggulkan dalam industri kreatif di Indonesia. Hal itu meliputi periklanan; arsitektur; barang seni; kerajinan; desain; mode; permainan interaktif; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan percetakan; layanan komputer dan peranti lunak; radio dan televisi; riset dan pengembangan; serta film, video, dan fotografi.

Kita bangga film dan musik bangsa sendiri kini sudah bangkit dan ternyata bila digarap dengan baik mampu menarik hati audiensi di Tanah Air, bahkan di kawasan regional. Benar juga kalau dikatakan bahwa industri kreatif baik untuk dikembangkan karena selain membuka potensi ekonomi juga bisa mengangkat citra bangsa dan menyemaikan sumber daya terbarukan. Indonesia tidak keliru memilih industri ini karena potensi berupa kekayaan seni budayanya amat tinggi.

Apa setelah ”Laskar Pelangi”?

Dari sisi industri, dunia perfilman sebagai salah satu industri kreatif potensial harus tertantang untuk terus melangkah maju. Pada film asing, kini selain cerita yang menyentuh juga dihadirkan animasi dan efek yang diharapkan mampu meningkatkan tingkat kualitas hiburan. Dengan itu pula ibaratnya rentang kemungkinan ekspresi artistik diperluas dan diperdalam.

Sekadar contoh, lalu muncul film seperti sekuel The Jurassic Park, Matrix Revolution, atau Terminator, dan yang belum lama ini Kung Fu Panda. Kita ingat, dalam film Jurassic Park penonton dibuat terpana menyaksikan bagaimana makhluk- makhluk purba yang sudah punah 65 juta tahun silam bisa dibuat hidup lagi, sedemikian hidupnya hingga efek menakutkan dan mencekam amat nyata. Pada Kung Fu Panda, itulah animasi par excellence.

Tetapi, kita paham betul apa yang ada di balik semua kecanggihan itu, dan itu tidak lain tidak bukan adalah teknologi komputer, atau teknologi informasi (TI) pada umumnya. Batasnya adalah imajinasi, ini yang sering dikemukakan para ahli komputer.

Kita berharap film Indonesia setelah Laskar Pelangi juga dapat terus melangkah ke dimensi lebih canggih tanpa meninggalkan cerita yang tetap merupakan unsur utama dalam industri kreatif ini.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com