Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makam Souw Beng Kong, Situs Sejarah yang Dilupakan

Kompas.com - 08/10/2008, 06:56 WIB

M Clara Wresti

Seberapa banyak warga Jakarta tahu tentang Souw Beng Kong? Tidak banyak tentunya. Begitu tidak dikenalnya sehingga di atas makamnya di sebuah gang sempit di Jalan Pangeran Jayakarta pernah didirikan sebuah jamban.

Tidak banyak yang mengenal atau mendengar nama Souw Beng Kong (1580-1644). Dia adalah Kapiten I yang dipilih Gubernur Jenderal Belanda JP Coen untuk menjaga ketertiban saat Belanda hijrah dari Banten ke Batavia pada tahun 1619.

Dia yang menjadi pemimpin masyarakat Tionghoa di Batavia pada saat itu. Di bawah penjagaan Souw Beng Kong, pembangunan yang dilakukan Belanda di Batavia bisa berjalan dengan baik dan lancar. Nyaris tidak ada gangguan. Oleh karena itu, dia dianggap berhasil oleh Belanda. Saat meninggal, dia dimakamkan di sebuah tanah lapang seluas 20.000 meter persegi.

Hendarmin Susilo, Ketua Yayasan Souw Beng Kong, mengatakan, ketika tahun 1960-1970-an, saat dia berangkat sekolah dari Jalan Pangeran Jayakarta, dia masih bisa melihat makam ini dari kejauhan. ”Saya sering diledek teman-teman, itu tuh makam engkong kamu,” kenang Hendarmin.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, makam Souw Beng Kong makin lama makin tidak kelihatan. Di sekitar makam, yang tadinya sangat lapang, kini telah jadi permukiman padat. Bahkan di atas makam Souw Beng Kong juga pernah berdiri sebuah rumah kos. Dan saluran jamban mengalir di atas makam ini.

Rupanya merobohkan atau menghancurkan bangunan-bangunan tua dengan mengabaikan nilai sejarah tidak hanya terjadi di kalangan pejabat dan pengusaha. Masyarakat yang membutuhkan lahan juga melakukannya. ”Tadinya di sini ada empat makam. Namun, yang tersisa hanya satu. Sedangkan tiga lainnya hilang. Tidak bisa ditemukan jejaknya,” cerita Hendarmin.

Makam Souw Beng Kong pertama kali diingat De Haan, sejarawan Belanda, yang menulis buku Oud Batavia (1920). De Haan menulis, Souw Beng Kong adalah kapiten pertama Tionghoa yang dikubur di dekat Jalan Pangeran Jakarta dan Mangga Dua. Makamnya telantar dan sulit ditemukan karena penuh semak belukar.

Namun oleh Mayor Tionghoa terakhir Khouw Kin An, makam Souw Beng Kong dicari dan dipugar. Dia memugar makam itu dengan menambahkan dua prasasti (bong pai) kiri kanan, menggunakan bahasa Belanda dan bahasa China. Prasasti itu menjelaskan riwayat Souw Beng Kong.

Setelah pemugaran itu, pelan-pelan makam itu kembali dilupakan orang. Baru pada tahun 2002, ketika Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (Matakin), Universitas Tarumanegara, Paguyuban Sosial Masyarakat Tionghoa Indonesia, Indonesia Tionghoa, dan Masyarakat Marga Souw peduli, pencarian makam itu dilakukan kembali.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com