Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keterkaitan Uli Kozok dengan Sastra Batak

Kompas.com - 22/09/2008, 20:53 WIB

Disertasi tentang bilangbilang mengantar Uli meraih gelar Master Artium di Universitas Hamburg tahun 1989. Pada tahun itu pula ia
menikahi teman kuliah semasa di USU, Febrina Marisa.

Huruf Batak di komputer

Uli melanjutkan studi doktoral dengan tema sama, puisi percintaan pada masyarakat Batak. Kali ini tak hanya bilangbilang dari Karo,
tetapi ditambah andung dari Mandailing. Masa saat ia mengambil studi doktoral ini, menurut Uli, adalah masa paling sengsara dalam hidupnya. "Saya tidak punya pekerjaan, sementara harus menghidupi istri dan membiayai kuliah doktoral," katanya.

Pada saat itulah ibu angkatnya, Hildegard Peters, memperkenalkan Uli dengan Pater Matthaus, pastor yang juga kolektor lukisan. Ibu angkatnya adalah pelukis, yang karyanya dibeli Pater Matthaus. "Salah satu karya ibu angkat itu lukisan saya saat masih kecil. Sebelum bertemu Pater Matthaus, saya dapat surat dari beliau. Dalam surat itu disertakan uang 500 DM."

Uang itu digunakan Uli menyambung hidup selama menekuni naskah Batak di perpustakaan KITLV Universitas Leiden, Belanda. Ia kadang terpaksa menumpang makan kepada mahasiswa asal Indonesia, Ema Nababan. Gelar doktor diraihnya tahun 1993.

Setahun kemudian surat lamaran Uli untuk mengajar Bahasa Indonesia di Universitas Auckland, Selandia Baru, diterima. Itu pun
kebetulan karena dosen utamanya, seorang Belanda, langsung menerima dia sebagai asisten.

Tahun 1998 Uli bertemu Michael Everson, ahli linguistik sekaligus desainer jenis huruf (font) untuk komputer dan media digital. Michael meminta Uli membuat software agar aksara Batak bisa ditulis dalam sebuah komputer. Ia lalu meneliti berbagai naskah dan pustaka Batak.

Dari empat jenis aksara Batak, yakni Mandailing, Toba, Pakpak, dan Karo, ia lalu membuat varian yang paling umum dari keempatnya. Dengan software itu, orang yang tak mengerti aksara Batak bisa menulis menggunakan huruf Batak di komputer.

Penelusuran yang ia lakukan dari sejarah dan penyebaran aksara Batak mempertemukan Uli dengan naskah tua Melayu yang ditulis dengan huruf dari rumpun yang sama, surat (huruf) Pascapalawa. Surat Pascapalawa atau dikenal sebagai aksara Kawi ada hampir di seluruh Sumatera, mulai dari Lampung, Rejang-Lebong, Kerinci, Minangkabau, hingga Mandailing.

Lebih lanjut, penelusuran ini mempertemukannya dengan Kitab Undang-undang Tanjung Tanah, naskah Melayu tertua. Naskah ini
ditemukan Petrus Voorhoeve, pegawai bahasa zaman Belanda pada 1941. Naskah Melayu tertua itu sempat menghilang puluhan tahun sebelum ditemukan kembali tahun 2002.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com