Kau usap matamu
Aku cium noda hitam di keningmu
Tak ada selimut atau bantal
Menawarkan malam lain di ujung tahun
Aku berkata
Untuk dinding yang mengulang namamu
Beri aku sejenak sajak dan sekecup mabuk
Untuk setiap mimpi
Akhiri hari ini
Datanglah kau dengan hiasan natal
Kubiarkan diriku
Jadi cemara malam
Musim Hujan dan Ayahku
untuk siapa batas mata terbuka
suara hujan di ujung tikungan
atau selinang embun
di ujung daun?
tak ada kunang-kunang atau bulan
di senyap hari
tak ada igauan
selain langit yang berseru
untuk nasibnya sendiri
senyum di wajahmu sederai gerimis
aku terbaring di sisian petang
masih membayangkan hari minggu
yang dijanjikan
musim hujan telah sampai
di atap rumah
kau tengadah di atas tikar
mengenang dingin
: setapak jalan ke masa silam
taman hijau, danau biru
selendang kelabu yang tertinggal
di pangkuan
tak ada burung atau pelangi
di senyap hari
tak ada air mata yang melinang sengaja
selain hati kelana
yang memilih pergi
Malam