Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Huh... Hah... Pedas Waroeng Spesial Sambal

Kompas.com - 14/09/2008, 09:36 WIB

YOGYAKARTA, kota yang kondang dengan gudeg manisnya, kini diserbu makanan serba pedas. Sambal, yang kodratnya menu pelengkap untuk penambah selera makan, justru menjadi sajian utama, seperti di Waroeng Spesial Sambal.

Kami sebelumnya pernah menyambangi warung Pondok Cabe yang juga menyajikan rupa-rupa sambal. Begitu juga Warung X-tra Hot dan Cabe Nusantara. Ketiga warung itu sama-sama menawari masakan serba pedas, sesuai namanya.

Yang unik dari Waroeng Spesial Sambal (SS) salah satunya karena warung ini menawarkan 24 jenis sambal dengan julukan gaulnya masing-masing. Sambal belut, misalnya, dijuluki sambal smackdown. Maksudnya, belut yang dipelesetkan menjadi gelut dan dalam bahasa Jawa berarti berkelahi. Lantas, diutak-atik gatuk dan ketemu kata smackdown. Kok beberapa sambal belum punya julukan? ”Kami belum menemukan nama gaul yang pas dan lucu,” sahut pemilik Waroeng SS di Jalan Kaliurang, Yoyok Hery Cahyono.

Semua sambal dibuat sesuai pesanan sesaat sebelum disajikan. Kami menjadi penasaran menjajal aneka sambal itu. Sambal terong yang merah merona cukup menggoda, tetapi sambal bawang lebih pas untuk teman tahu goreng. Ada juga sambal rempelo ati, sambal udang pedas, sambal lombok ijo, sambal tempe, sambal pecel, dan sambal teri.

Kami akhirnya memilih sambal gobal-gabul, campuran sejumlah sambal, sambal terasi ijo, dan sambal kecap. Tiga cobek masih kurang untuk disantap dua orang. Kami pun memesan dua cobek lagi, sambal udang pedas dan sambal belut. Memesan dua jenis sambal ini pas dengan peribahasa sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Memesan sambal sekaligus dapat lauk.

Memang begitulah ciri SS. Julika yang bersantap bersama Mongki dan Bondan, ketiganya mahasiswa Jurusan Antropologi Universitas Gadjah Mada (UGM), mengatakan, ”Nasi sambal sudah cukup, sambalnya nglawuhi (seperti lauk).”

Memesan nasi dan sambal saja tentu boleh, asalkan tega, karena harga satu cobek sambal ”cuma” Rp 1.000-4.000. Maka, kami pun memesan ayam, nila, dan wader goreng, plus urap dan lalapan. Kepedasan? Tenang, SS bisa memberi rasa pedas sesuai permintaan.

Pada dinding warung terpampang tulisan. Warung siap menerima keluhan untuk rasa sambal, misalnya keasinan atau kepedasan. Sambal pengganti pun akan disuguhkan.

Harga di warung ini termasuk murah. Kalau mau super-irit, pesanlah sepiring nasi, satu telur mata sapi, seporsi sambal, dan segelas air putih. Cukup merogoh kocek Rp 5.000.

Buat pemuja pedas seperti Asti (30), karyawati swasta, makan dengan sambal di warung belum cukup. Ia kerap memesan lima hingga enam bungkus sambal untuk dibawa pulang. ”Lima bungkus bisa untuk tiga hari. Dimasukkan kulkas dulu. Nanti kalau mau makan, baru dihangatkan,” kata dia.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com