Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Supriyadi Takut Dikeroyok

Kompas.com - 11/09/2008, 06:42 WIB

 “Semula Bung Karno tidak percaya. Saya kemudian menceritakan siapa saya dan kisah hidup saya. Akhirnya Bung Karno percaya,” ujar Andaryoko di buku tersebut.

Tak Mendasar

Dalam suratnya ke Pemkot Blitar, Andaryoko meminta agar lokakarya digelar di tempat netral seperti Semarang atau Yogyakarta. Tidak di Blitar.

Hal lain yang disampaikan dalam surat dua lembar folio itu adalah bahwa orang yang sudah lama tidak pulang, tidak boleh dipastikan meninggal. Andaryoko berargumen, tidak mungkin Bung Karno mengangkat orang meninggal sebagai menteri keamanan rakyat dan panglima TKR.

Setelah bertemu Bung Karno dan kemudian diminta Presiden pertama RI itu pergi ke Semarang, Andaryoko mengaku dirinya diangkat sebagai menteri.

 Menurut Andaryoko, tidak mungkin juga Ketua Yayasan PETA, Pamoe Rahardjo, memberikan buku Gerilya dan Diplomasi kepadanya pada 12 Juni 2004, kalau ia bukan orang PETA.

Ada yang baru dalam surat itu. Kali ini, pria 88 tahun itu melengkapi namanya dengan Supriyadi, menjadi Andaryoko Wisnuprabu Supriyadi. Dalam wawancara sebelumnya, Andaryoko mengaku lahir dengan nama Supriyadi dan setelah menghilang mengubah namanya menjadi Andaryoko Wisnuprabu.

Tentu saja Made kecewa atas penolakan Andaryoko.  Apalagi, tidak pernah ada satu pun orang atau kelompok yang pernyataannya bisa dianggap sebagai ancaman fisik terhadap Andaryoko.

“Menurut kami alasan Pak Andaryoko tidak mendasar, soal keamanan kami pasti akan menjaga semaksimal mungkin,” ujar Made yang sempat empat hari memburu Andaryoko ke Semarang dan Yogyakarta.

Seperti diberitakan sebelumnya Tim Pencari Fakta Supriyadi bertemu Andaryoko selama sekitar 1 jam di Yogyakarta pada 16 Agustus 2008. Saat itu Andaryoko menyatakan bersedia datang ke lokakarya di Blitar pada 10 September. Lokakarya itu untuk mempertemukan kedua pihak yang selama ini berpolemik tentang benar tidaknya klaim Andaryoko itu. Keluarga Supriyadi yang menolak klaim itu juga akan hadir, begitu juga Baskara, si penulis buku.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com