Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengasah Kecerdasan dengan Berpantun

Kompas.com - 19/08/2008, 21:41 WIB

Petang itu, sekelompok murid Sekolah Dasar Negeri 001 Tanjungpinang Timur, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau,
tengah asyik belajar pantun dengan guru pembimbing, Muchtar. Mereka tampak sedang berbalas pantun. Asyik juga menyimak mereka, merangkai kata, mencari sampiran, lalu menyampaikan maksud atau isi pantun secara spontan.

Ketika ditanya siapa namanya, mereka menjawab dengan pantun.

Bulan purnama burung merpati/Si burung pipit ditembak preman/ Nama saya Novi Asti/Berlesung pipit murah senyuman.

Alamak, alangkah eloknya mereka memperkenalkan diri. Teman-teman Asti juga memperkenalkan diri dengan cara berpantun. Bahkan, saat ditanya bagaimana sikapnya terhadap kebersihan lingkungan, mereka menjawabnya juga dengan pantun. Anak-anak SD itu, ternyata, begitu akrab dengan tradisi berpantun. "Saya suka berpantun karena mengasah diri untuk bertutur kata
dengan santun. Pantun adalah budaya Indonesia yang harus ditumbuhkembangkan. Malu rasanya jika tidak pandai berpantun," kata Novi Asti, murid kelas V SD Negeri 001 Tanjungpinang Timur.

Berkunjung ke tempat lain, di sebuah tempat pertunjukan, anak-anak dari berbagai jenjang pendidikan, SD, SMP, dan SMA, tampak akrab dan tengah asyik beradu atau berbalas pantun, persiapan mereka untuk sebuah perlombaan berbalas pantun.

Ini, tentu, sebuah kreativitas yang tidak saja mendorong anak mencintai seni budaya Melayu, tetapi juga mengasah keterampilan dan kecerdasannya, serta keberanian tampil di tempat-tempat umum, dengan mengajak teman berpantun.

Kenyataan ini didukung dengan semakin banyak sanggar pantun yang menampung anak-anak muda untuk mengasah dan mendalami pantun. Tercatat antara lain Rumah Pantun Madah Kencana di Kelurahan Tanjungpinang Barat, Sanggar Pantun Komunitas Seni Anak Negeri di Kelurahan Sungai Jang, serta Kafe Pantun di Kompleks Bintan Center di Jalan DI Panjaitan.

Ada pula Depot Kreativitas Anak Bangsa (DEKAB) di Jalan Kartika Gang Mayangsari, Kedai Kopi Seloka Pantun di Jalan Agus Salim serta Sanggar Pantun Sebauk di Kelurahan Senggarang, dan Sanggar Pantun Kampung Bugis di Kelurahan Kampung Bugis.

Untuk mendukung itu, penerbitan buku pantun pun berkembang pesat. Buku yang sudah terbit antara lain Kumpulan Pantun Pernikahan karya Tamrin Dahlan, Bingkai Pantun karya Encik Abdul Hajar, Mari Berpantun karya Tusiran Suseno, Tata Cara Peraduan Pantun karya Tusiran Suseno, dan Pantun Majelis karya Tusiran Suseno.

Bahkan, pantun di Kota Tanjungpinang, menurut Wali Kota Hj Suryatati A Manan, telah menjadi satu cabang pendidikan tambahan mulai dari SD, SMP, sampai SMA.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com