Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Bom Molotov?

Kompas.com - 29/07/2008, 11:01 WIB

JAKARTA, SELASA - Di Indonesia, penggunaan bom molotov biasanya identik dengan pergerakan mahasiswa. Simak saja, pergerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang bersama masyarakat akrab dengan jenis bom yang satu itu. Nah, polisi nampaknya harus bekerja keras mencari siapa yang meletakkan 10 bom molotov di rangkaian kereta api Cirebon Ekspress KA 91 untuk rute Cirebon-Jakarta , Selasa (29/7). Kenapa harus ekstra keras, karena siapa pun dapat membuat bom itu.

Molotov memang sangat mudah dirakit. Siapa pun dapat membuatnya dari botol yang biasa diisi oleh bensin dan diberikan sumbu. Bom ini hanya memberikan efek terbakar. Sebelum dilemparkan sumbu bom dibakar terlebih dahulu.

Awalnya, bom molotov digunakan pejuang Finlandia dalam menghadang invasi Uni Soviet pada perang musim dingin 30 November 1939. Bom sederhana ini cukup ampuh menjebak dan merusak tank -tank Uni Soviet. Akibat serangan molotov, awak tank pun terpaksa keluar dari perlindungan baja tank, untuk menghadapi dua ancaman yakni serangan tembakan pasukan Finlandia dan musim dingin Finlandia yang ganas.

Dari mana asal kata Molotov? Kata Molotov yang dimaksud adalah Vyaceslav M. Molotov, Menteri Luar Negeri Uni Soviet pada masa pemerintahan Joseph Stalin, yang menandatangani perjanjian baik dengan Jerman /pemerintahan Nazi dan Jepang.

Meski jenis bom ini sederhana, namun efek yang ditimbulkan jika bom itu membakar rangkaian kereta api tentu tidak kita inginkan. Bila bom itu terbakar tentu dapat berpotensi menyebabkan korban jiwa.  

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com