Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Menikah Kok Masih Tergantung Orangtua?

Kompas.com - 26/07/2008, 12:02 WIB

Menerima bantuan orangtua, seperti lazimnya yang berlaku dalam tradisi keluarga besar, sebenarnya sah-sah saja. Letak kesalahannya ada pada sikap selalu mengandalkan orangtua senior sebagai jalan keluar dari masalah berkeluarga.

Mungkin saja kakek-nenek berdalih hendak membantu cucunya karena bagi para sosok manula ini membantu cucu merupakan "kebutuhan" tersendiri. Akan tetapi hendaknya ini jangan dijadikan sebagai pengalihan peran dan tanggung jawab orangtua si cucu. Ingat, segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang berlangsung abadi. Orangtua bisa sewaktu-waktu meninggal dunia dan hartanya bisa habis tak berbekas.

PISAH RUMAH BUKAN JAMINAN

Di negara Barat, masalah domisili bisa menjadi indikasi kid-adult. Namun di Indonesia, hal ini tampaknya tak dapat disamaratakan. Ada beberapa alasan. Umumnya karena zaman sekarang suami-istri sama-sama bekerja di luar rumah dengan perjalanan yang amat menyita waktu. Tinggal serumah dengan kakek dan nenek membuat orangtua Indonesia merasa lebih aman meninggalkan anak-anaknya bersama pengasuh.

Alasan kedua, tinggal bersama orangtua selama beberapa tahun membantu pasangan yang baru menikah untuk bisa menabung dan membeli rumah sendiri ketimbang dipakai untuk menyewa.

Nah, jika pasangan tetap menjalankan perannya secara penuh dengan memenuhi kebutuhan anak-anak dan rumah tangganya, tentu tidak bisa dikategorikan sebagai kid-parents. Bahkan, tak jarang mereka justru menanggung biaya pengelolaan rumah tangga orangtua senior, seperti urusan listrik, telepon, gaji pembantu, belanja mingguan, dan sejenisnya.

Sebaliknya, meski tinggal di rumah sendiri yang terpisah jauh, mungkin saja pasangan suami-istri tetap mempertahankan perangai kid-adult-nya. Peran baru sebagai suami-istri sekaligus ayah-ibu sama sekali tidak memberi tanggung jawab berarti.

Yang jadi masalah sebenarnya bukan soal besar-kecilnya penghasilan pasangan kid-parents ini. Melainkan, keasyikan berhura-hura mengejar kesenangan pribadi dan kealpaan menyiapkan anak-anak mereka menjadi pribadi yang mandiri.

Santi Hartono

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com