Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nurhayati Belum Ingin Pensiun

Kompas.com - 11/07/2008, 14:02 WIB

LIMA bulan lalu, Nurhayati genap berusia 38 tahun. Seorang pembalap sepeda dengan usia setua itu secara matematis tentu tak masuk hitungan lagi dalam Pekan Olahraga Nasional XVII 2008 Kalimantan Timur. Apalagi cabang yang digeluti membutuhkan kekuatan dan stamina prima. Namun, pembalap kelahiran Jayapura, 1 Februari 1970, itu mampu mematahkan anggapan tersebut.

Hingga hari ketiga lomba balap sepeda, Nurhayati telah mengoleksi dua medali emas dan satu perunggu. Raihan emas yang digaetnya datang dari nomor track individual pursuit (IP) 3.000 meter disusul dengan hasil maksimal melalui nomor individual time trial (ITT) 20 kilometer. Adapun perunggu direngkuh dari nomor scratch race 5 km.

Meskipun tergolong mengejutkan, mantan pembalap nasional Puspita Mustika Adya mengaku tak heran. Menurut dia, pengalaman dan mental Nurhayati amat berguna bagi nomor track.

”Selain kecepatan, jam terbang dan ketenangan amat dibutuhkan untuk menaklukkan musuh terbesar dalam nomor track, yaitu diri sendiri. Nurhayati masih memiliki semua syarat yang dibutuhkan,” tuturnya, Rabu (9/7).

Memotivasi yang muda

Dari segi usia, Nurhayati memang tak muda lagi. Guratan keriput mulai tampak menghiasi wajahnya saat dia terus mengumbar senyum seusai keluar sebagai juara nomor ITT 20 km. Namun, semangat Nurhayati bak seorang atlet yang baru beberapa tahun menekuni balap sepeda.

”Eksistensi saya sebenarnya buat memotivasi yang muda. Masak kalah sama yang tua,” ungkap atlet yang telah mengikuti PON sejak tahun 1989 itu.

Kelahiran sang buah hati, Liontin Evangelina Setiawan, pada tahun 1999 sebenarnya hampir memaksa Nurhayati pensiun. Apalagi, istri dari Henry Setiawan itu menderita kista di kandungannya. Namun, kecintaan terhadap dunia balap sepeda membuat Nurhayati kembali lagi ke ajang balap sepeda dua tahun kemudian pada SEA Games 2001 di Kuala Lumpur, Malaysia.

Dalam ajang internasional yang terakhir itu, pemilik sebuah bengkel sepeda motor di daerah Cebongan, Sleman, Yogyakarta, tersebut masih mampu meraih dua emas dari nomor IP 3.000 meter dan point race 24 km. Karena kistanya semakin parah, Nurhayati memutuskan absen kembali dari hiruk-pikuk balap sepeda.

”Saya sudah berobat berulang kali, tetapi tak sembuh-sembuh. Daripada diam saja, lebih baik saya berolahraga melalui balap sepeda,” ujar anggota Jakarta Cycling Club (JCC) itu. Kiprahnya dalam PON XVII 2008 merupakan ”kepulangannya ke dunia balap sepeda” untuk kedua kalinya, sekaligus berbuah dua emas dan satu perunggu hingga hari Kamis (10/7).

Menyulut semangat

Sukses di penghujung karier itu justru menyulut kembali semangat Nurhayati yang sempat padam. Dia pun belum berencana menjadikan PON kali ini sebagai ajang olahraga resmi yang terakhir kalinya.

”Terus terang saya belum mau pensiun. Selama fisik masih kuat dan masih dibutuhkan, saya akan terus bersepeda,” katanya sambil tersenyum lebar sebelum mengikuti upacara penghormatan pemenang. (Aswin Rizal Harahap)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com