Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suhartono, Sedikt Tidur Banyak Bekerja

Kompas.com - 07/07/2008, 16:09 WIB

Laporan wartawan Kompas Nina Susilo

USIANYA sudah 58 tahun pada 28 Januari lalu, namun kebugaran fisik Suhartono, calon wakil gubernur Jawa Timur pendamping Achmady yang diusung Partai Kebangkitan Bangsa, terlihat masih prima. Bahkan, lelaki yang sedang menunggu kelahiran cucu ketiganya itu mengaku masih bisa bermain sepak bola. Ketika Kompas seharian mendampingnya, mantan Kepala Staf Komando Daerah Militer (Kodam) V/Brawijaya periode 2002-2005 itu membuka rahasia sehatnya.

Memulai aktivitas hari diawali dengan mandi dan shalat subuh yang dilanjutkan dzikir sampai ia siap melakukan kegiatan hari itu. Jumat (20/6) pekan lalu, agendanya cukup padat, yaitu menyosialisasikan diri dengan mengunjungi pedagang kaki lima di Kampung Ilmu Surabaya, menyumbangkan buku kepada warga Kampung Lumumba Surabaya, serta menghadiri rekaman acara sebuah stasiun televisi lokal di pusat perbelanjaan Surabaya.

Sebelum berangkat, sarapan adalah hal yang mutlak bagi Suhartono. Nasi pecel atau singkong goreng bisa menjadi pengganjal perut. Masih ditambah lagi dengan minuman khusus, yaitu air rebusan irisan kunyit, temulawak, dan jahe yang disajikan di dalam wadah yang terbuat dari tanah liat. Suhartono meyakini minuman itu bisa menguatkan stamina tubuh.

Tak mengherankan, setiap pagi Suhartono membuat sendiri ramuan kunyit, temulawak, dan jahe dengan komposisi 3:2:1 itu. Setelah dingin, ramuan disaring dan diminumnya bersama sang istri, Ny Hariani. Sebagai pemanis, bisa digunakan madu, gula merah, atau gula batu. "Kalau kegiatan padat, saya bawa satu atau dua botol," tutur lelaki kelahiran Kertosono, 28 Januari 1950, itu.

Tepat waktu dan Kho Ping Ho

Sekitar pukul 09.00, Suhartono meluncur dari rumahnya di Jalan Brawijaya Nomor 31 ke kantor DPW PKB Jatim di Jalan Darmo Surabaya. Kijang Innova L 8079 NB berhenti di kantor DPW PKB Jatim sekitar pukul 09.30. Jadwal kunjungannya ke Kampung Ilmu sekitar pukul 10.00. Akan tetapi, saat itu di kantor itu tidak ada orang yang menemui dan bersiap mengantarnya ke Kampung Ilmu.

Suhartono yang 30 tahun menjadi tentara terbiasa dengan disiplin ketat dan ketepatan waktu. Rasanya, "jam karet" bagi banyak orang lain membuat dirinya tak biasa. Bosan menunggu, Suhartono pun perangkat terlebih dahulu ke Kampung Ilmu diantar sopirnya, Samsul, dan seorang anggota tim pemenangan. Rombongan itu tiba sekitar jam 09.45.

Tiba di sana, ia langsung menyapa semua pedagang (PKL). Rupanya sekalian ia memilih beberapa buku dari lapak PKL Kampung Ilmu. Empat buku menjadi pilihannya, yaitu Khusnul Khotimah, Hidup Sesudah Mati (karya Ustad Maftuh Ahnan), Di Atas Sajadah Cinta (Habiburrahman El Shirazy), dan Politik Kewarganegaraan (Muh AS Hikam).

Menurut Suhartono, kegemarannya membaca sejak sekolah. Saat itu, serial silat karya Kho Ping Ho menjadi makanan sehari-hari. Beberapa judul yang masih diingatnya antara lain Pemanah Burung Rajawali dan Sin Tiauw Hiap Lu. "Buku Kho Ping Ho itu kaya falsafah hidup, bermanfaat. Jadi saya baca buku Kho Ping Ho bukan hanya soal kungfunya," ujar ayah tiga anak yang semuanya sudah berkeluarga itu.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com