Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soenarjo, Dalang Siap Naik Pentas

Kompas.com - 05/07/2008, 15:33 WIB

Didin juga merasakan Soenarjo yang humoris. Status sebagai pejabat tidak menghalanginya bergurau dengan bawahan dan orang kecil. "Kadang bawahan sungkan sendiri diajak beliau bergurau. Meski suka bergurau, beliau juga ingin orang di sekitarnya serius kalau dibutuhkan. Beliau juga tidak bisa menoleransi ketidakdisiplinan," ungkapnya.

Dalang dan pelawak

Didin termasuk salah satu pengemudi yang mengantarkan rombongan Soenarjo ke lokasi kampanye Tomo Budi. Akhirnya rombongan itu berangkat ke lokasi kampanye tanpa pengawalan polisi. Sekitar satu jam Soenarjo berada di Lapangan Jiwan, Madiun, untuk mengampanyekan Tomo yang diusung Golkar bersama 17 partai lain. Tidak lupa ia meminta restu mencalonkan diri sebagai Gubernur Jatim.

Dari lokasi kampanye, ia menuju ke rumah Kepala Desa Selorejo, Nganjuk. Di tempat itu telah menanti beberapa orang seperti Rektor Universitas 17 Agustus Surabaya Udjiono. Pemilik rumah memang kerabat Udjiono. Di rumah itu, Soenarjo mengisahkan sebagian masa lalunya. "Sebagai orang desa, saya dulu bercita-cita menjadi guru. Tetapi, rupanya cita-cita itu tidak direstui dan saya jadi seperti sekarang ini," ujar penyuka kacang rebus ini.

Hampir setahun ia mencoba mewujudkan cita-cita itu. Ia mencoba di Blitar, Jember, hingga ke Jayapura di Papua. "Di Blitar dan Jember, tempat saya mengajar bubar karena digabung dengan lembaga lain. Saya masih baru sehingga tidak ikut diajak bergabung," tuturnya.

Tetapi ia malah bisa sukses dengan dua profesi yang dilarang ayahnya, dalang dan pelawak. Bahkan, karier sukses sebagai pegawai negeri justru disebabkan kepiawaiannya melawak. Lawakannya saat menjadi pembawa acara di hadapan Wali Kota Blitar Soerjadi tahun 1970 membuat Soerjadi terkesan.

Kesan itu mendorong Soerjadi memintanya menjadi Kepala Humas Pemerintah Kota Blitar. Sejak saat itu karier cemerlangnya sebagai pegawai negeri dimulai. "Waktu mulai kerja PNS, saya masih aktif di Kwartet S (kelompok pelawak di Malang). Karena semakin sibuk, saya mundur dari Kwartet S tahun 1973," ungkapnya.

Permintaan ayahnya agar tidak menjadi dalang justru dilanggarnya pada pertengahan tahun 1970-an. Kemampuan mendalang justru membuat sukses tugasnya sebagai Kepala BKKBN Malang. "Wayang menjadi alat sosialisasi efektif di desa-desa," ujarnya mengakhiri kisah.

Setelah kisah masa lalu usai, Soenarjo dan rombongan melanjutkan perjalanan ke Kota Nganjuk. Pukul 14.31 ia memasuki Posko Salam untuk wilayah Nganjuk. Beberapa relawan pemenangan Salam telah menantinya. Tidak sampai 30 menit ia di sana. Pukul 14.55, rombongannya melanjutkan perjalanan ke Mojokerto.

Pukul 16.20, Soenarjo masuk Pasar Burung, Kota Mojokerto. Sedianya ia akan meninjau kompetisi burung berkicau di pasar itu. Sayang, kompetisi itu bubar beberapa menit sebelum rombongan Soenarjo tiba.

Ia hanya sempat bercengkerama sejenak dengan beberapa pemilik burung. Tak lupa, ia mengetes suara beberapa ekor burung. Saat beranjak dari pasar, ia berjanji akan datang tepat waktu pada kompetisi lain waktu.


KOMPAS Jawa Timur, Kamis, 19-06-2008. Halaman D

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com