Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sutjipto, Insinyur Politik Membidik Bangunan Baru

Kompas.com - 04/07/2008, 21:23 WIB

Laporan Kris Razianto Mada

SUATU malam dalam suatu perjalanan dari Lumajang menuju Malang, Sutjipto dan rombongannya berhenti di Depot Lumintu, Probolinggo. Begitu masuk, ia menyalami semua orang di dalam warung itu. Karyawan maupun konsumen di warung makan itu disapanya seolah telah kenal lama.

Tidak lupa ayah tiga anak itu membagikan kartu nama bergambar dirinya sebagai calon gubernur Jawa Timur. Orang yang disalami terkadang minta kartu lebih dari satu lembar. "Jangan lupa dikasih ke tetangga, teman, atau orang yang panjenengan kenal," pesan Sutjipto kepada setiap penerima kartu.

Setelah semua orang disalami dan diberi kartu, mantan Sekretaris Jenderal DPP PDI-P itu menuju rak pajangan makanan. Jam di depot menunjukan pukul 19.25 ketika ia memilih gulai ikan pari atau iwak pe sebagai lauk. Beberapa jenis sayur juga dipilih sebagai teman menyantap nasi.

Menu yang sama disantapnya saat makan pagi di depot itu beberapa jam sebelumnya. "Saya tidak pantang makanan. Apa saja yang jinak di lidah dan menurut kalau ditelan ya saya makan," tutur politisi senior itu.

Menu makan siangnya pada hari itu tidak kalah sederhana. Komisaris perusahaan konstruksi itu memilih sayur asam sebagai lauk. Hanya saja, ia tidak makan di depot. Seorang pengusaha besar di Lumajang menjamu Tjip dan rombongan saat makan siang.

Sembari makan, sesekali ia menulis sesuatu di buku kecil atau telepon selulernya. Tidak semua yang ditulisnya merupakan hal serius. "Kadang bapak menuliskan teka-teki baru. Teka-tekinya lucu-lucu, tidak tahu dapat dari mana," ujar sekretaris Sutjipto, Sandra.

Serius dan bercanda

Karena hormat kepada Tjipto, Sandra harus sering menahan supaya tidak tertawa terpingkal-pingkal. Kadang perutnya sakit karena harus terus menahan tawa. "Kalau sekali dilihat beliau memang kelihatan seram. Coba ngobrol sejam saja, pasti sering tertawa. Setiap orang yang akan ngobrol lama dengan beliau pasti diminta siap-siap lemas tertawa," ucap Sandra.

Tjip, demikian Sutjipto biasa dipanggil, memang terkesan seram dan amat serius bagi yang baru pertama melihat. "Kalau dibutuhkan, saya memang serius. Tetapi, saya amat sering bercanda. Mbak Mega (Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum DPP PDI-P) itu sering tertawa-tawa kalau sedang berdiskusi sama saya," tutur Tjip sembari menyantap makanannya.

Tjip memang harus sering serius. Keharusan memikirkan upaya memenangkan PDI-P selama bertahun-tahun memang menuntut keseriusan. Selama 12 tahun pertama di panggung politik harus dihabiskannya untuk mengatur strategi menghadapi Orde Baru. "Saya tidak menolak mengakui kalau di masa Orba susah sekali mencari orang untuk PDI," tuturnya.

Hampir semua orang terbaik masuk ke Golkar. PDI dan PPP hanya kebagian beberapa orang saja. Dengan kondisi itu Tjip harus ikut mengatur agar PDI tetap menjadi kekuatan politik utama di Indonesia. "Saya kaang heran kok mau ngurus dunia edan semacam ini," ujarnya.

Mengagumi Bung Karno

Keseriusan juga terbentuk dari profesinya sebelum terjun ke dunia politik. Sampai tahun 1986, pria kelahiran Trenggalek itu sepenuhnya bergiat di bidang konstruksi. Tak asal terlibat, ia mematenkan empat inovasi terapan bidang konstruksi. "Sampai sekarang saya masih terima royalti dari paten-paten itu," ungkap pengidola Bung Karno ini.

Kekaguman kepada Bung Karno tidak hanya diwujudkan lewat penyerapan pemikiran Presiden Indonesia pertama itu saja. "Sampai sekarang, saya tidak kuat lama-lama membahas tentang Bung Karno. Saya pasti menangis. Makanya saya lebih suka mendalami sendirian lewat bacaan," tuturnya.

Kebiasaan itu lama-lama membentuknya menjadi pemikir, baik sebagai insinyur maupun sebagai politisi. Tidak heran bila Megawati bersedia menjadikannya sebagai mitra diskusi selama bertahun-tahun. "Kalau lihat sesuatu, pikiran saya sudah ke mana-mana mencari pemanfaatannya. Kebiasaan insinyur memikirkan desain tidak bisa hilang," ujarnya sembari menuntaskan makan malamnya.

Seusai makan, ia dan rombongan melanjutkan perjalanan ke Malang. Dari Lumajang ke Malang sebenarnya bisa lewat jalur selatan yang lebih dekat. Namun, Tjip memikirkan keselamatan dan kekuatan rombongannya. Jalur selatan dipenuhi jalan berkelok dan mendaki. Belum lagi jurang yang menganga di sisi jalan.

Tjip tahu, Djamarin alias Pak Rin yang setia mengemudikan mobil untuknya sejak 1985 punya keterbasan. Pak Rin pasti lelah setelah mengiringinya sejak pukul 05.00 pada hari itu. "Lebih aman lewat Probolinggo-Pasuruan-Malang biar agak jauh sedikit," tutur Tjip.Suami Sudjamik itu tidak ingin Pak Rin kelelahan dan hilang konsentrasi saat mengemudi. Hal itu bisa berakibat fatal jika melewati jalur selatan. Apalagi, malam itu Lumajang diguyur hujan sehingga jalan lebih licin.

Perjalanan rombongan itu akhirnya melewati rute berputar. Pukul 00.30 rombongan itu tiba di penginapan milik PT Pindad di Turen, Malang. Tjip dan rombongan segera masuk kamar. Pukul 05.30 mereka sudah harus berada di Stadion Kanjuruhan di Kepanjen, Malang. "Kalau habis perjalanan jauh, saya biasa keramas untuk relaksasi. Setelah mandi dan keramas, saya bisa tidur nyenyak," ungkap Tjip.

Sehat dan apa adanya

Tjip bukan tidak tahu suara-suara yang meragukan kesehatan dan kebugarannya. Sejak tahun 1999, isu itu berembus kencang. Menjelang pemilihan Gubernur Jawa Timur, isu itu makin kencang berembus. Berkali-kali ia diisukan dirawat di rumah sakit. "Saya sedang blusukan di daerah, makanya sering lama tidak kelihatan di Surabaya. Waktu lama ndak kelihatan, ada yang bilang saya sakit," tuturnya.

Akan tetapi, tidak sekalipun lulusan Fakultas Teknik Sipil ITS itu bersedia menjawab isu tersebut dengan ucapan. Mantan dosen dua perguruan tinggi swasta di Surabaya itu lebih suka membuktikan lewat ucapan.

Lazim baginya memulai kegiatan pada pukul 05.00 dan baru beristirahat lewat tengah malam. Kadang ia hanya tidur beberapa jam dalam sehari yang padat dengan setumpuk jadwal di berbagai tempat.

"Beliau sudah 60 tahun lebih, tetapi sanggup beraktivitas dari pagi sampai dini hari. Kami yang muda-muda ini sering heran dan ada yang hampir teler kalau ikut bapak berkunjung," ujar Sandra.

Kunjungan itu semakin sering menjelang pemilihan gubernur. Dalam sehari, ia bisa menyinggahi beberapa kabupaten/kota di Jawa Timur. "Tidak ada resep khusus untuk tetap sehat. Ya hidup apa adanya saja," ujar Tjip.


KOMPAS Jawa Timur, Rabu, 18-06-2008. Halaman D

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com