Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sutjipto, Insinyur Politik Membidik Bangunan Baru

Kompas.com - 04/07/2008, 21:23 WIB

Tjip memang harus sering serius. Keharusan memikirkan upaya memenangkan PDI-P selama bertahun-tahun memang menuntut keseriusan. Selama 12 tahun pertama di panggung politik harus dihabiskannya untuk mengatur strategi menghadapi Orde Baru. "Saya tidak menolak mengakui kalau di masa Orba susah sekali mencari orang untuk PDI," tuturnya.

Hampir semua orang terbaik masuk ke Golkar. PDI dan PPP hanya kebagian beberapa orang saja. Dengan kondisi itu Tjip harus ikut mengatur agar PDI tetap menjadi kekuatan politik utama di Indonesia. "Saya kaang heran kok mau ngurus dunia edan semacam ini," ujarnya.

Mengagumi Bung Karno

Keseriusan juga terbentuk dari profesinya sebelum terjun ke dunia politik. Sampai tahun 1986, pria kelahiran Trenggalek itu sepenuhnya bergiat di bidang konstruksi. Tak asal terlibat, ia mematenkan empat inovasi terapan bidang konstruksi. "Sampai sekarang saya masih terima royalti dari paten-paten itu," ungkap pengidola Bung Karno ini.

Kekaguman kepada Bung Karno tidak hanya diwujudkan lewat penyerapan pemikiran Presiden Indonesia pertama itu saja. "Sampai sekarang, saya tidak kuat lama-lama membahas tentang Bung Karno. Saya pasti menangis. Makanya saya lebih suka mendalami sendirian lewat bacaan," tuturnya.

Kebiasaan itu lama-lama membentuknya menjadi pemikir, baik sebagai insinyur maupun sebagai politisi. Tidak heran bila Megawati bersedia menjadikannya sebagai mitra diskusi selama bertahun-tahun. "Kalau lihat sesuatu, pikiran saya sudah ke mana-mana mencari pemanfaatannya. Kebiasaan insinyur memikirkan desain tidak bisa hilang," ujarnya sembari menuntaskan makan malamnya.

Seusai makan, ia dan rombongan melanjutkan perjalanan ke Malang. Dari Lumajang ke Malang sebenarnya bisa lewat jalur selatan yang lebih dekat. Namun, Tjip memikirkan keselamatan dan kekuatan rombongannya. Jalur selatan dipenuhi jalan berkelok dan mendaki. Belum lagi jurang yang menganga di sisi jalan.

Tjip tahu, Djamarin alias Pak Rin yang setia mengemudikan mobil untuknya sejak 1985 punya keterbasan. Pak Rin pasti lelah setelah mengiringinya sejak pukul 05.00 pada hari itu. "Lebih aman lewat Probolinggo-Pasuruan-Malang biar agak jauh sedikit," tutur Tjip.Suami Sudjamik itu tidak ingin Pak Rin kelelahan dan hilang konsentrasi saat mengemudi. Hal itu bisa berakibat fatal jika melewati jalur selatan. Apalagi, malam itu Lumajang diguyur hujan sehingga jalan lebih licin.

Perjalanan rombongan itu akhirnya melewati rute berputar. Pukul 00.30 rombongan itu tiba di penginapan milik PT Pindad di Turen, Malang. Tjip dan rombongan segera masuk kamar. Pukul 05.30 mereka sudah harus berada di Stadion Kanjuruhan di Kepanjen, Malang. "Kalau habis perjalanan jauh, saya biasa keramas untuk relaksasi. Setelah mandi dan keramas, saya bisa tidur nyenyak," ungkap Tjip.

Sehat dan apa adanya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com