Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memalukan, Urus Pupuk Saja Tak Becus

Kompas.com - 22/06/2008, 21:10 WIB

JAKARTA,MINGGU - Anggota Komisi IV DPR RI Jacobus K Mayong Padang menilai sangat memalukan Pemerintahan SBY-JK karena untuk mengurus penyediaan pupuk di tingkat petani saja tidak bisa dilaksanakan dengan baik. "Ini memalukan sekali. Mengurus ketersediaan pupuk petani saja Pemerintahan SBY-JK tidak bisa becus. Kasihan petani selalu tidak diperhatikan padahal petani jangan dianggap remeh mereka sama pentingnya dalam hidup berbangsa dan bernegara ini," kata Jacobus, Minggu (22/6).

Jacobus menyampaikan pandangan tersebut setelah beberapa hari melakukan kunjungan kerja ke sejumlah petani di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. "Bayangkan setiap musim tanam selalu ada kelangkaan pupuk. Petani tak bisa tidur pikirkan bagaimana pupuk bisa diperoleh sementara sudah memasuki musim tanam. Apakah ini dinamakan petani kita sudah merdeka?" tegas Jacobus.

Menurut dia, sudah saatnya Pemerintah memberi perhatian lebih kepada petani karena mereka salah satu pilar penting dalam membangun bangsa ini. "Karena itu kami dari Poksi PDIP Komisi IV mengusulkan anggaran untuk sektor pertanian dinaikkan dari Rp 8,1 triliun pada APBN 2008 menjadi 12 triliun pada RAPBN 2009," katanya.

Sebelumnya Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin (9/6), lalu mengatakan kelangkaan pupuk disebabkan tiga hal utama yakni kebutuhan pupuk riil para petani jauh diatas kemampuan pemerintah memberikan subsidi pupuk, lalu penggunaan pupuk oleh petani umumnya lebih besar daripada dosis yang dianjurkan Pemerintah."Dan besarnya disparitas antara pupuk bersubsidi dan non subsidi sehingga insentif penyalahgunaan pupuk besar," jelasnya.

Soal ketersediaan pupuk, Mari mengatakan sampai 21 Mei 2008 secara nasional rata-rata diatas 100 persen dari kebutuhan yang ditetapkan Menteri Pertanian."Sebagai gambaran posisi stok di gudang lini 3 per 21 Mei 2008 untuk Urea sebesar 210.295 ton sementara kebutuhan untuk masa dua minggu ke depan sesuai permintaan sebesar 142.639 ton," jelasnya. (Persda Network/aco)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com