Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Wisata di Malaysia (3-Habis)

Kompas.com - 29/05/2008, 16:21 WIB

Laporan Wartawan Persda Network, Ade Mayasanto
 
INDUSTRI
batik Malaysia dari waktu ke waktu terus bersinar. Aksi meletakkan bahan lilin dan celup ke permukaan bahan sutera, polyster, katun yang merupakan salah satu industri perumahan kini menjadi sentra bisnis paling menggiurkan. Bahkan untuk mempertahankan kekhasan, dan keunikan, industri batik Malaysia beranak-pinak pada trah keluarga.  

Nordin Bin Mahmood, pengusaha batik Nordin Batik Kelantan kepada Persda Network mengaku, saat ini industrinya telah dipegang generasi ketiga. "Saya generasi kedua dalam industri batik Kelantan. Sekarang anak-anak saya yang meneruskan usaha batik Kelantan ini," ungkapnya saat menjelaskan usaha batik Kelantan di bengkel batiknya, di Kampung Paloh, Pintu Geng, Kota Bharu, Kelantan.

Menurut Nordin, hingga saat ini usaha batiknya telah mempekerjakan sekitar 100 lebih masyarakat Malaysia. Dalam per hari, pekerja ini bisa menghasilkan 4-5 lembar batik Kelantan dengan harga minimal sekitar 180 ringgit Malaysia atau setara Rp 540.000.

"Kita tidak ingin kalah dalam kualitas. Bahan kita menggunakan sutera, dan setiap bahan mempunyai pola yang berbeda," tandasnya.

Proses pembuatan batik kelantan inipun tak berbeda jauh dengan yang terjadi di Indonesia. Canting, dan kuas kecil bernari-nari mengikuti kehendak hati sang pembuat motif. Begitupula bila pembantik menggunakan proses pewarnaan.

"Kain sutera putih dicelupkan dalam bak pewarna, dan kemudian baru dilukis," katanya seraya menyatakan, motif yang digunakan pun tak lepas dari unsur flora dan fauna.

Meski batik Kelantan beredar luas, diam-diam batik asal Indonesia pun menyemarakkan pasar batik Kelantan, Malaysia. Pasalnya, ketika berada di pasar tradisional daerah Rantau Panjang, batik Indonesia ternyata banyak yang tergantung bebas untuk diperjualbelikan.

Hal serupa juga terjadi di pasar modern Kelantan Batik Indonesia dipajang dan dijajakan dengan harga yang memikat pembeli. Untuk satu baju batik Indonesia, pembeli cukup mengeluarkan 30 ringgit Malaysia atau setara Rp 90.000.

"Batik Indonesia banyak juga yang membeli karena harganya murah," kata seorang penjaga stand di pasar modern Kelantan.

Dalam kegiatan pemerintahan di Malaysia, penggunaan baju batik menjadi kewajiban. Pejabat pusat pemerintahan di Putra Jaya menggunakan baju batik pada hari akhir kerja pemerintahan, yakni setiap hari Jumat. Sementara di Kelantan, baju batik wajib digunakan setiap hari Kamis.

Untuk diketahui, penduduk Kelantan sendiri saat ini berjumlah 1,5 juta orang. Mereka ini 95 persen bergiat pada sektor pertanian,  nelayan dan niaga. Oleh karena itu, Kelantan dikenal sebagai produsen padi kedua terbesar di Malaysia setelah Kedah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com