Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Malang, Tarif Angkutan Naik 25 Persen

Kompas.com - 26/05/2008, 17:59 WIB

MALANG, SENIN - Seiring naiknya harga bahan bakar minyak (BBM), rapat Badan Pembina Trasportasi Daerah (BPTD) Kota Malang dengan Oraganisasi Pengusaha Angkutan Darat (Organda) Kota Malang menyepakati tarif angkutan di Kota Malang naik 25 persen dari sebelumnya. Kenaikan tarif itu akan disosialisasikan besok (Selasa, 27/5) kepada pemilik dan sopir angkutan kota.

Demikian dituturkan Asisten I (bidang pemerintahan) Pemkot Malang, Wasto, selaku wakil ketua, Senin (26/5) di Malang, Jawa Timur. Hitungan secara formulasi tarif rata-rata diketemukan bahwa angka kenaikan yang mungkin adalah Rp 2.287. "Oleh karena penumpang umum menyubsidi pelajar dan mahasiswa, akan diusulkan kenaikan tarif untuk pelajar dan mahasiswa menjai Rp 2.000 sedangkan umum Rp 2.500 per orang," tutur Wasto.

Sebelumnya, tarif angkutan kota (angkot) untuk pelajar adalah Rp 1.500 dan masyarakat umum Rp 2.000 per orang. Namun akibat kenaikan BBM per 24 Mei lalu, sejumlah angkot sudah mulai menaikkan tarif sendiri-sendiri mulai dari Rp 2.500 hingga Rp 3.000 sekali jalan.

"Usulan ini nantinya akan kita bawa ke pimpinan untuk mendapat persetujuan, dan bisa segera diterapkan di lapangan. Implikasi kenaikan BBM berupa naiknya tarif angkutan tidak bisa ditunda lagi," ujar Wasto.

Bentuk persetujuan dari pimpinan Pemkot Malang nantinya bukan berupa SK Wali Kota. Sebab saat ini wali kota Malang sudah mundur (karena mencalonkan kembali untuk pilkada 2008), dan posisinya digantikan oleh pelaksana tugas (plt) Wali Kota Malang yaitu Sekretaris Daerah Kota Malang, Bambang DH Suyono.

Memang Plt Wali Kota Malang tidak bisa membuat SK. Namun karena keputusan ini sudah merupakan kesepakatan bersama, maka bisa dilakukan. "Jika kenaikan BBM ini tidak segera disikapi dikeluarkannya tarif resmi dari pemerintah, maka tarif di lapangan akan ditentukan sendiri-sendiri oleh pemilih angkutan," ujar Wasto.

Dalam kesepakatan itu, belum dibahas mengenai perubahan tarif taksi. Untuk taksi belum disepakati kenaikan harganya. "Ini karena belum ada kesepakatan internal mereka mengenai kenaikan tarif taksi. Sebab mereka khawatir, kalau tarif naik maka penumpang akan lari," ujar Wasto.

Tarif taksi sebelumnya adalah Rp 6.000 sekali buka pintu dan per kilometernya (km) dikenai biaya Rp 3.000.

Sementara itu Ketua Organda Kota Malang, Soewito Widjaja mengatakan bahwa kenaikan tarif angkutan yang diusulkannya sebenarnya tidak lebih dari 15 persen. Sebab jika lebih dari itu, dikhawatirkan penumpang akan lari.

"Kami berharap kenaikan tarif tetap tidak lebih dari 15 persen. Sebab kenaikan tarif angkutan ini juga merupakan dilema bagi kami. Kami tidak ingin penumpang lari menggunakan moda angkutan lain misalnya sepeda motor. Seba kalau mereka sudah lari naik sepeda motor, mereka tidak akan balik lagi," ujar Soewito.

Hingga saat ini yang tergabung dalam Organda Kota Malang sebanyak 2.000-an pengusaha mikrolet, dan 400-an pengusaha taksi.  Total diperkirakan sekitar 2.500 angkutan di Kota Malang yang menjadi anggota Organda.

Di lapangan sendiri, para sopir angkutan mulai mengeluhkan karena turunnya jumlah penumpang pascakenaikan harga BBM. Sutato (29), sopir angkot Gadang-Arjosari (GA) mengatakan bahwa saat ini penumpang mulai sepi. Kalau hari ini bisa jadi karena imbas mogoknya ngkutan di Surabaya. "Namun sejak kenaikan BBM memang penumpang mulai turun," katanya. Akibatnya, jika biasanya sehari ia bisa berjalan 5-6 rate, maka akibat sepinya penumpang, kini untuk 3-4 rate saja sudah cukup bagus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com