Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lumba-lumba Sembuhkan Autis

Kompas.com - 21/04/2008, 21:47 WIB

TIGA TAHUN lalu, Helen (28) sedih mendapati M. Arief Sofyan, anaknya yang ketika itu berusia 2 tahun, selalu tidak merespon bila dipanggil. Arief selalu menyendiri, tidak mau berbicara, padahal di rumah tidak mau diam alias hiperaktif.

Dari analisis pengobatan medis, diketahui Arief menyandang gangguan autisme. Helen tentu harus memberikan perhatian khusus pada buah hatinya itu. Ibu tiga anak ini memasukkan Arief di sekolah untuk anak dengan kebutuhan khusus, memberikan asupan yang tepat, juga menghadiri berbagai seminar tentang autisme guna menambah pengetahuan dalam mendidik Arief.

Beruntung, lewat Endang Sumaryati, dari Kompartemen Sarjana Fisioterapi 99 dan berpraktik di Klinik Dolphin, Helen mengenal Klinik Dolphin yang berada di Balai Samudera Taman Impian Jaya Ancol (TIJA), Jakarta Utara. Helen menambah terapi bagi Arief, yakni bermain bersama lumba-lumba di Gelanggang Samudera (GSA) TIJA, tanpa meninggalkan terapi-terapi sebelumnya.

“Saya sudah mengajak Arief terapi dengan lumba-lumba ini sebanyak 23 kali. Semula tiap hari sekali selama sepuluh hari berturut-turut, kini seminggu dua kali. Hasilnya seperti yang Anda lihat, Arief sudah mampu berinteraksi dengan pelatih lumba-lumba, terapis, dan orang lain. Ia juga sudah bisa berkonsentrasi penuh,” tutur Helen.

Gangguan Perkembangan
Autisme adalah gangguan perkembangan yang kompleks, disebabkan adanya kerusakan pada otak. Anak mengalami gangguan seputar perkembangan komunikasi, perilaku, kemampuan bersosialisasi, dan lain-lain.

Anak dengan gangguan autis dikenal sebagai pribadi yang tak mampu berkomunikasi dengan orang terdekat sekalipun. Anak autis juga tak mampu mengekspresikan perasaan dan keinginannya, seringkali tertawa atau menangis sendiri.

Meski secara fisik tak bercela, ciri yang menonjol pada anak autis adalah sulit berbicara. Hingga kini, gangguan ini belum diketahui secara pasti penyebabnya. Meski demikian, serangkaian terapi telah banyak dilakukan orang, misalnya metode ABA (applied behavioral analysis), hidrotermal, hidromekanik, dan hidrokemis.

Metode yang kini sedang tren adalah terapi lumba-lumba (dolphin therapy). Menurut Endang, lumba-lumba adalah makhluk ajaib. Hewan ini sudah dikenal manusia selama berabad-abad lamanya.

Bangsa Yunani Kuno misalnya, menamakannya sebagai konstelasi bintang, delphinus, atau lumba-lumba. Bangsa Romawi kuno mempercayainya sebagai simbol cinta sejati, persahabatan, dan harmoni.

Dr. Ken Marten, ilmuwan di Earthtrust, Hawaii, Amerika Serikat, mengatakan bahwa lumba-lumba mampu berenang dengan kecepatan lebih dari 40 km per jam. Hewan ini mampu mengirimkan serangkaian sinyal ultrasonik untuk mendeteksi keberadaan benda di sekitarnya. Lumba-lumba juga senang bermain-main. Otaknya yang lebih besar dari simpanse atau kera, membuatnya tergolong binatang cerdas.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com