Laporan wartawan Kompas Haryo Damardono
JAKARTA, RABU- Perusahaan pelayaran nasional Indonesia sebaiknya turut membiayai pendidikan pelaut. Tanpa itu, para pelaut Indonesia lebih banyak diserap perusahaan pelayaran asing.
Sistem "ijon" pelaut ini, memang lebih sering diterapkan perusahaan pelayaran asing. Kebutuhan perwira pelayaran di Indonesia mencapai 400 orang per tahun, sementara kebutuhan dunia mencapai 4.000 perwira. Persoalannya, perwira pelayaran dapat dipekerjakan di belahan bumi manapun sehingga kebutuhan dalam negeri harus dijaga.
Demikian dikatakan Kepala Badan Pendidikan dan Pelatihan Departemen Perhubungan Dedi Darmawan, Rabu (16/4) seusai wisuda Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP). Menurut Dedi, tiap minggu dirinya kedatangan berbagai perusahaan pelayaran asing untuk mencari calon perwira, yang tidak segan membiayai sekolahnya.
Sementara Ketua STIP Rusman Hoesien mengatakan, umumnya para calon perwira yang masih duduk di semester IV (tahun kedua) sudah mulai dincar oleh perusahaan pelayaran asing. Calon perwira itu dibiayai dan langsung dipekerjakan setelah lulus.
Dedi mengatakan, dibutuhkan biaya Rp 100 juta untuk mendidik perwira pelaut selama empat tahun masa pendidikan. Anggaran Dephub pun lebih diarahkan untuk melengkapi fasilitas pendidikan bukan orang per orang. "Kini, kekurangan perwira pelayaran telah terasa dengan meningkatnya penghasilan mereka," ujar Dedi.
Gaji perwira sekitar 2.000 dollar Amerika Serikat per bulan (sekitar Rp 18 juta), sedangkan gaji rating (anak buah kapal non perwira) per bulan sekitar 900 dollar Amerika Serikat (sekitar Rp 8 juta). (RYO)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.