JAKARTA, MINGGU - Tingginya angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia menunjukkan masih rendahnya budaya keselamatan di Indonesia. Rendahnya budaya keselamatan itu, salah satunya diindikasikan dengan perilaku kurang baik yang ditunjukkan pengendara saat berkendara.
"Berbeda dengan Vietnam, safety culture (budaya keselamatan) di Indonesia masih rendah. Ini lebih terlihat pada perilaku berkendara roda dua," kata Bintarto Agung, Ketua Indonesia Defensive Driving Center (IDDC) saat diskusi tentang safety driving di Blitz Megaplex, Grand Indonesia, Jakarta, pada Minggu (30/3). Selain Bintarto, hadir juga wartawan senior otomitif James Luhulima dan Manager Media Relation and Communication Shell Companies di Indonesia Fathia Syarif.
Perilaku kurang baik saat ditunjukkan si pengendara antara lain tidak berhenti pada garis stop pada lampu merah, berkendara secara ugal-ugalan, tidak mengenakkan perlengkapan pengamanan saat berkendara. Salah satu yang sering terlihat yakni seringnya pengendara tidak mengenakan helm.
Bintarto mengemukakan ada empat hal pokok yang perlu diperhatikan seorang pengendara. Empat hal tersebut yakni kewaspadaan, kesadaran, perilaku, dan antispasi. "Untuk Indonesia, perilaku berkendaraan harus lebih diperbaiki," ujarnya.
Mengandalkan kesadaran dari masing-masing orang perlu digalakan. Pasalnya, keselamatan berkendara, jelas Bintarto, adalah tanggung jawab bersama. Selain itu, pemerintah melalui dinas perhubungan harus terus melakukan sosialisasi pentingnya keselamatan berkendara di jalan raya. Perusahaan, terlebih yang bergerak di bidang otomotif pun harus ambil bagian secara aktif mengampanyekan kesadaran tersebut. "Itu sebagai bagian dari corporate social responsibility dari perusahaan bersangkutan," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.