Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kawah Putih: Tempat Bersemayam Roh Leluhur

Kompas.com - 29/03/2008, 13:28 WIB

Pada masa penjajahan Belanda, penduduk setempat menganggap Gunung Patuha di Jawa Barat adalah kawasan yang sangat angker. Penduduk tidak ada yang berani mendaki. Burung-burung pun tidak ada yang melintas di kawasan tersebut.

Kata Patuha berasal dari kata Pak Tua. Orang-orang setempat sering menyebutnya gunung sepuh. Mereka percaya, orang-orang tua yang dihormati dan disegani bersemayam di puncak gunung. Para sesepuh itu, menurut juru kunci Gunung Patuha, mengadakan sidang secara berkala di puncak gunung yang disebut Puncak Kapuk.

Sidang ini diketuai oleh Eyang Jaga Satru. Para tetua yang lain adalah Eyang Rangga Sadena, Eyang Camat, Ngabai, Eyang Barabak, Eyang Baskon dan Eyang Jambrong.

Beberapa penduduk setempat sering melihat secara gaib sekumpulan domba berbulu putih. Domba gaib itu disebut domba lukuta dan dipercaya muncul secara gaib saat para leluhur sedang bersidang. Pengalaman melihat peristiwa yang dianggap gaib itu membuat penduduk setempat tidak berani mendaki atau berbuat sembarangan di seputar gunung.

Aroma Belerang

Berita keangkeran Gunung Patuha ini sampai ke telinga seorang cendikiawan Eropa terkemuka yaitu Dr Franz Wilhelm Junghuhn (1809 - 1864). Dr Junghuhn saat itu tinggal di kawasan tanah Priangan untuk mengembangkan tanaman kina.

Berkat jasanya Indonesia menjadi negara pengekspor kina terbesar di abad 19. Ia pula yang pertama kali menulis laporan ilmiah tentang Pulau Jawa dan Sumatera. Keelokan pegunungan Priangan membuat dirinya memutuskan menetap di tanah Priangan sampai wafat di rumahnya yang menghadap Gunung Tangkuban Perahu.

Sikap skeptis Dr Junghuhn membawa dirinya dan beberapa penduduk setempat di tahun 1837 melawan mitos yang membuat orang enggan mendaki Gunung Patuha. Ia menemukan alasan mengapa burung-burung enggan melintasi Gunung Patuha. Kawah yang terdapat di puncak gunung menguarkan aroma belerang yang menyengat sehingga binatang pun menghindarinya.

Kawah itu digenangi air sehingga membentuk danau yang sangat indah. Air bening dingin yang berasal dari mata air mengalir ke arah danau kawah menjadi air danau yang hangat. Danau kawah itu dikelilingi tebing-tebing dan pohon-pohon rimbun.

Pepohonan di salah satu bagian tebing nampak hangus seperti terbakar api. Nampaknya asap belerang hanya bertiup ke salah satu bagian tebing sehingga menghanguskan pepohonan di bagian itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com