Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laba Besar dari Alat Berat Asal Kayu Sisa

Kompas.com - 25/03/2008, 17:21 WIB

Limbah kayu sisa dari pabrik ternyata masih banyak gunanya. Yang utama tentu bisa menjadi kayu bakar. Namun kalau Anda kreatif, limbah kayu ini bisa menjadi kerajinan yang cantik dan, tentu saja, lebih bernilai sekaligus menguntungkan.

Salah satu perajin limbah kayu itu adalah Rakhmat Basuki. Pria asal Bandung yang tinggal di Bojongkoneng Atas ini sejak beberapa waktu lalu memang rajin mengumpulkan limbah kayu dari pabrik dekat rumahnya. Dari kayu-kayu yang tak utuh itulah, Rakhmat kemudian menjadikannya barang-barang yang menarik, seperti miniatur alat berat, bus, tempat kue kering, dan masih banyak lagi macam kreasinya.

Usaha Rakmat sesungguhnya adalah membuat kue kering. Sejak beberapa tahun silam dia menekuni bisnis itu bersama isterinya. Namun, bisnis ini memang pasang surut. Ada kalanya ramai, namun sering sepi.

Untuk mengisi waktu senggang di kala pesanan sepi itulah Rakhmat iseng-iseng membuat berbagai miniatur. "Saya buat model miniatur kendaraan alat berat dan kendaraan lainnya," katanya. Pada awalnya, Rakhmat tak langsung menjual miniaturnya itu. Ia hanya iseng-iseng menawarkan kepada pelanggan roti keringnya. Ternyata sambutannya menggembirakan, banyak orang membeli. Dari situlah Rakhmat mulai bersemangat untuk mengembangkan.

Pelan tapi pasti, permintaan pun mulai mengalir. Bahkan, kini setiap tahun dia sudah mampu menangguk omset hingga Rp 300 juta. Meski demikian, Rakhmat mengaku masih mempunyai cita-cita ingin mengekspor seluruh miniaturnya itu ke luar negeri.

Ia mengaku bingung dengan orang sebangsanya yang nafsu menjiplaknya sangat tinggi. "Saya masih ingin barang saya dijual ke luar negeri," katanya. Namun, sebelum ada pembeli luar negeri muncul, Rakhmat terpaksa menyeleksi para calon pembelinya.

Rakhmat bukannya sombong dengan strategi menyeleksi pembeli itu. Ia optimis, April nanti, setelah dia mengikuti pameran Inacraft di Jakarta Convention Center, pasti cita-cita mengekspor miniaturnya itu akan kesampaian. "Kalau, toh, tidak kesampaian, ya, tetap dijual di sini," ujarnya, lugu.

Seribu unit per bulan

Setelah sekian lama berkarya, Rakhmat sudah menghasilkan enam jenis miniatur berbagai alat berat, yaitu military series, locomotive series, truck series, binatang, jeep, dan kendaraan alat berat. Kalau diperinci lagi memang lebih banyak lagi karena dari setiap seri, variannya juga banyak.

Sebagai referensi model, Rakhmat banyak melihat situs-situs di internet. "Saya banyak mengambil model dari internet," jelasnya. Seperti truk tahun 1980-an pun ia buat. Atau kendaraan berat seperti buldoser dan berbagai kendaraan yang lain. Menurutnya masing-masing kendaraan yang ia bikin mempunyai tingkat kesulitan pembuatan yang cukup tinggi.

Karena itu, jangan heran, kalau Rakhmat membanderol produknya relatif mahal, mulai dari Rp 20.000 sampai Rp 150.000 per unitnya.

Sekarang Rakhmat sudah memperkerjakan sepuluh karyawan. Dengan pekerja sebanyak itu, sebulan bengkelnya bisa menghasilkan 1.000 unit produk kerajinan. "Pekerja saya tak hanya mengerjakan produk miniatur," katanya. Mereka juga mengerjakan pesanan kemasan kue dari kayu.

Rakhmat mengaku, saat memulai bisnis, dia mengeluarkan modal sebanyak Rp 10 juta. Modal tersebut ia pakai untuk membeli alat produksi. Seperti lem, gergaji, bor, amplas dan alat bubut. "Sudah balik modal dan untung," katanya. Tapi, cita-cita agar miniaturnya mejeng di pasar mancanegara masih menjadi harapannya. (Avanty Nurdiana/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com