Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Putra Priyadi, Langganan Menu Stroberi Istana

Kompas.com - 19/03/2008, 08:22 WIB

Lahir dari keluarga pengusaha sukses, ternyata tak membuat bisnis kuliner Putra Priyadi bisa langsung sukses. Ia rela mengawali usaha kulinernya dengan modal cekak, dan warung reot sederhana. Namun kini, usahanya telah bertumbuh pesat. Bahkan, Caffe Strawberry miliknya sudah berhasil menjadi langganan istana presiden.

Suasana di Jalan Tanjung Duren Barat III, Jakarta Barat, sungguh ramai di malam hari. Maklum di kawasan itu ada tempat biliar dan diskotik. Di antara ingar bingar suasana malam di situ, ada tempat yang hampir selalu dipadati anak muda. Ya, tempat itu adalah Cafe Strawberry.

Tampilannya kafe ini lumayan unik. Hampir semua bagian kafe menampilkan bentuk dan warna stroberi yang merah menyala. Tak hanya anak muda yang doyan nongkrong sambil menikmati hidangan yang juga bertema stroberi di kafe ini. Cafe Strawberry yang sudah lumayan kesohor itu punya banyak penggemar. Bahkan, menu olahan Cafe Strawberry ini sudah menjadi langganan acara-acara resmi istana presiden sejak tiga tahun silam.

Adalah Putra Priyadi, sosok yang berada di balik sukses Cafe Strawberry. Lelaki muda yang baru berusia 24 tahun ini lah yang punya ide melahirkan kafe bertema stroberi dan sukses pula membesarkannya.

Putra memang lahir dari keluarga berada. Orang tuanya punya hotel dan sebuah restoran di kawasan Puncak. Meski begitu, anak bungsu dari dua bersaudara itu ingin mandiri sedari dia masih kecil.

Idenya membuka kafe dengan nuansa stroberi berawal tahun 2004. Kala itu, tumbuhan stroberi mulai marak di kawasan Jawa Barat, begitu pula berbagai panganan yang berasal dari olahan buah yang berasa asam-asam manis itu.
Putra yang saat itu masih kuliah pun melihat peluang dan nekat membuka gerai makan bernama Waroeng Strawberry. “Saya memang suka makan stroberi. Makanya saya berani mengusung menu serba stroberi dengan cita rasa yang saya ciptakan sendiri,” ujarnya.

Dengan modal Rp 20 juta, dia menyewa ruko di kawasan Tanjung Duren. Ia yakin, Waroeng Strawberry miliknya akan menarik minat pengunjung. Tapi awalnya susah membuat pengunjung sudi mampir. Maklum, tempat usaha nya kala itu berada di lokasi terpencil dan terbilang kumuh. Apa lagi Putra membuat warung dari seng-seng bolong dan papan-papan tambal.

Agak aneh, memang. Karena datang dari keluarga mapan, harusnya Putra bisa membuka usaha yang lebih berkelas. Tapi, Putra menegaskan dia tak ingin bergantung pada keluarga dan ingin membuka usaha apa adanya. “Dengan modal sebesar itu, memang tak mungkin saya membuka usaha kuliner berkelas,” ujarnya.

Meski konsepnya bagus, untuk meyakinkan calon konsumen Putra tetap harus berjuang ekstrakeras. Dia bahkan harus membagi brosur di jembatan penyeberangan hingga area perkantoran. “Waduh dapat satu tamu saja saya sudah seneng banget. Mana mungkin orang mau mampir ke warung kumuh, meskipun menu stroberinya enak,” tandasnya.

Kala itu, Putra benar-benar takut dengan musim hujan. Pasalnya, musim hujan berarti banjir atau paling tidak tempat jualannya pasti bocor. Itu berarti, tamu tak mungkin datang. "Pokoknya, kalau hujan tiba, kita siap-siap sediakan ember untuk menampung air yang mengocor dari atap,” kenangnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com