Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reog, Pesona Singa Barong dari Tanah Ponorogo

Kompas.com - 10/01/2008, 16:39 WIB

Boleh jadi, Reog Ponorogo adalah salah satu kesenian tradisional yang cepat beradaptasi dan cepat pula digemari. Dari sisi penampilan, kesenian ini memang menjanjikan kemegahan. Dua dadak merak yang menjadi ikon kesenian ini, adalah jaminan mutu penonton terpesona. Konon, berat dadak merak ini sekira 50 kg. "Itu kalau dalam keadaan tidak ada angin. Kalau ada angin, bisa mencapai 75 kg atau bahkan lebih," ungkap Sunardi, seniman Reog menjelang Festival Reog di Jakarta, September lalu.

Dari sisi bunyi, kesenian reog jelas menawarkan keriuhan. Para pengiring yang menabuh berbagai alat musik tradisi seperti terompet, gendang, kempul, saron, dan lain-lain ini bisa mencapai 20 orang.

Dua faktor inilah yang mungkin telah menghipnotis masyarakat di mana paguyuban reog itu berada. Sehingga, menurut HT Yulianto yang bertindak sebagai Ketua Paguyuban Reog Ponorogo wilayah Jabodetabek, grup-grup reog di Jakarta dan sekitarnya kini memiliki anggota dari berbagai etnis.

Maka janganlah heran, jika kesenian yang dibawa para "pengembara" dari tanah Jawa ke berbagai belahan dunia ini di negeri Jiran kesenian tersebut juga cepat berkembang. Cuma sayang disayang, entah karena gelap mata atau kepingin "menggoda" sentimen kebangsaan kita, Malaysia secara sepihak mengklaim bahwa reog berasal dari Malaysia.

Kontroversi ini bermula saat tarian Reog Ponorogo yang ditarikan di Malaysia dinamakan Tari Barongan. Deskripsi akan tarian ini ditampilkan dalam situs resmi Kementrian Kebudayaan Kesenian dan Warisan Malaysia. Tarian ini juga menggunakan topeng dadak merak, topeng berkepala harimau yang di atasnya terdapat bulu-bulu merak, yang merupakan asli buatan pengrajin Ponorogo.

Permasalahan lainnya yang timbul adalah ketika ditarikan, pada reog ini ditempelkan tulisan "Malaysia" dan diaku sebagai warisan Melayu dari Batu Pahat Johor dan Selangor Malaysia.  Hal ini memicu protes dari berbagai pihak di Indonesia, termasuk seniman Reog asal Ponorogo yang berkata bahwa hak cipta kesenian Reog dicatatkan dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004 dan diketahui langsung oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia.

Buntutnya, sekitar 2.000 warga masyarakat, tokoh dan artis reog Ponorogo menggelar aksi unjuk rasa di depan Kantor Kedubes Malaysia, Jakarta Selatan, Kamis (29/11) pagi.

Mereka menggelar spanduk yang mengecam Malaysia, seperti "Malaysia Plagiat Reog Ponorogo" atau "Stop Penjiplakan". Mereka juga menggelar aksi 50 reog Ponorogo yang memenuhi ruas Jalan Rasuna Said atau di depan Kedubes Malaysia, dengan diiringi irama gamelan yang nyaring.

"Aksi ini merupakan bentuk keprihatinan kami atas sikap Malaysia yang telah menjiplak reog Ponorogo," kata Ketua Paguyuban Reog Ponorogo Indonesia, Begug Poernomosidi. Sikap senada juga disuarakan oleh Tritomo, pengurus Paguyuban Reog Indonesia DKI Jakarta, menyesalkan sikap pemerintah Malaysia yang telah menjiplak kesenian Ponorogo.

Dalam acara itu juga, tiga perwakilan pengunjuk rasa diterima oleh Kedubes Malaysia untuk menyampaikan kesenian Reog Ponorogo merupakan kesenian asli Indonesia. "Tapi syukurlah, melalui duta besar Malaysia di Jakarta, pihak Malaysia sudah mafhum tentang asal-usul reog. Mereka telah mengakui bahwa reog berasal dari tanah Jawa," ujar Yulianto.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com