Salin Artikel

8 Tahun Berlalu, Abraham Samad Buka-bukaan "Skandal Rumah Kaca" dan Ambisi Cawapres

Skandal ini bermula dari sebuah tulisan di Kompasiana yang menceritakan soal ambisi Abraham menjadi calon wakil presiden bagi Jokowi untuk Pemilu 2014 meski dia masih menjabat pimpinan KPK.

Dalam tulisan itu, Abraham diceritakan enam kali melakukan pertemuan dengan elite-elite PDI-P untuk membahas dirinya menjadi cawapres. Meski akhirnya, PDI-P lebih memilih Jusuf Kalla untuk disandingkan dengan Jokowi.

Polemik ini muncul setahun tak lama setelah KPK pimpinan Abraham menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka suap dan gratifikasi. Budi Gunawan ketika itu adalah calon tunggal Kapolri pilihan Jokowi, dan juga orang dekat Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

Abraham dituduh sengaja menargetkan Budi Gunawan untuk balas dendam karena gagal dipilih sebagai cawapres.

Delapan tahun berselang, kisah Abraham ini masih mengundang banyak tanya. Apa yang sebenarnya terjadi?

Dalam program Gaspol! (Ngobrol Ngegas Pasti Nampol!), Abraham pun mengenang kembali masa-masa itu.

"Itu bagian dari rekayasa. Dari situ menjalar sampai foto rekayasanya. Tapi enggak ada masalah bagi saya. Saya tidak pernah sama sekali mau mencalonkan diri (jadi cawapres Jokowi)," ujar Abraham dalam acara GASPOL! Kompas.com, Rabu (29/3/2023).

Abraham hingga saat ini masih bertanya-tanya alasan penyelidikan kasus "Rumah Kaca" dihentikan.

"Tidak ada (pertemuan), kalau ada silakan ditindaklanjuti ke proses hukum, kenapa dihentikan?" kata Abraham.

Dia juga mengaku sudah pernah diperiksa Dewan Etik KPK terkait kasus ini. Hasilnya, tak ada sanksi yang dia terima. Bahkan, orang yang melaporkannya terkait kasus "Rumah Kaca", sebut Abraham, tak mau hadir ke KPK. 

"Saya pernah juga diperiksa dewan etik (KPK), ada enggak yang begitu? Kan enggak ada," ujar Ketua KPK periode 2011-2015 itu.

"(Kasus) itu cuma sentilan orang yang enggak senang sama saya," kata Abraham.

Analisa dari Abraham Samad, dirinya saat itu diisukan sebagai cawapres karena tingkat popularitasnya tinggi.

"Mungkin, ini analisa saya, mungkin pada saat saya jadi Ketua KPK itu kan tingkat popularitasnya tinggi sekali," kata Abraham.

"Sehingga dalam lembaga survei memposisikan saya sebagai (calon) wakil presiden yang terkuat pada saat itu," ucap dia.

Abraham menegaskan bahwa ia tidak berminat menjadi cawapres saat itu.

"Saya kan enggak pernah pasang spanduk, justru sekarang kan spanduknya Pak Firli (Ketua KPK sekarang) jadi cawapres, itu kan lebih kelihatan," kata Abraham.

Dia merasa segala serangan yang ditujukan kepadanya tak lepas dari jabatannya kala itu sebagai Ketua KPK.

Dia menyadari bahwa kriminalisasi itu suatu saat pasti akan menimpa pimpinan-pimpinan KPK lainnya di masa mendatang. Maka dari itu, pria yang memulai karir sebagai aktivis antikorupsi di Makassar ini mengaku hanya sedikit kecewa atas kondisi saat itu

"Sama sekali tidak ada baperan, karena saya dan Mas BW toh yang disingkirkan. Cuma kecewa, kenapa kecewa? Karena kita tidak bisa melanjutkan perjuangan lagi untuk melakukan pemberantasan korupsi yang masif," ungkap Abraham.

Mungkinkah Abraham kini terjun ke dunia politik?

"Untuk saat ini tidak," kata pria yang kini kembali menjadi profesi sebagai advokat itu.

https://nasional.kompas.com/read/2023/03/30/05160011/8-tahun-berlalu-abraham-samad-buka-bukaan-skandal-rumah-kaca-dan-ambisi

Terkini Lainnya

Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami 'Fine-fine' saja, tapi...

Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami "Fine-fine" saja, tapi...

Nasional
e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

Nasional
Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Nasional
MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Kubu Ganjar-Mahfud Minta MK Hadirkan Sri Mulyani dan Risma di Sidang Sengketa Pilpres

Kubu Ganjar-Mahfud Minta MK Hadirkan Sri Mulyani dan Risma di Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
4 Jenderal Bagikan Takjil di Jalan, Polri: Wujud Mendekatkan Diri ke Masyarakat

4 Jenderal Bagikan Takjil di Jalan, Polri: Wujud Mendekatkan Diri ke Masyarakat

Nasional
Berkelakar, Gus Miftah: Saya Curiga Bahlil Jadi Menteri Bukan karena Prestasi, tetapi Lucu

Berkelakar, Gus Miftah: Saya Curiga Bahlil Jadi Menteri Bukan karena Prestasi, tetapi Lucu

Nasional
Dua Menteri PDI-P Tak Hadiri Bukber Bareng Jokowi, Azwar Anas Sebut Tak Terkait Politik

Dua Menteri PDI-P Tak Hadiri Bukber Bareng Jokowi, Azwar Anas Sebut Tak Terkait Politik

Nasional
Tak Cuma Demokrat, Airlangga Ungkap Banyak Kader Golkar Siap Tempati Posisi Menteri

Tak Cuma Demokrat, Airlangga Ungkap Banyak Kader Golkar Siap Tempati Posisi Menteri

Nasional
Menko Polhukam Pastikan Pengamanan Rangkaian Perayaan Paskah di Indonesia

Menko Polhukam Pastikan Pengamanan Rangkaian Perayaan Paskah di Indonesia

Nasional
Enam Menteri Jokowi, Ketua DPR, Ketua MPR, dan Kapolri Belum Lapor LHKPN

Enam Menteri Jokowi, Ketua DPR, Ketua MPR, dan Kapolri Belum Lapor LHKPN

Nasional
Soal Pengembalian Uang Rp 40 Juta ke KPK, Nasdem: Nanti Kami Cek

Soal Pengembalian Uang Rp 40 Juta ke KPK, Nasdem: Nanti Kami Cek

Nasional
Kubu Anies-Muhaimin Minta 4 Menteri Dihadirkan Dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Kubu Anies-Muhaimin Minta 4 Menteri Dihadirkan Dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Selain Menteri PDI-P, Menteri dari Nasdem dan 2 Menteri PKB Tak Ikut Buka Puasa Bersama Jokowi

Selain Menteri PDI-P, Menteri dari Nasdem dan 2 Menteri PKB Tak Ikut Buka Puasa Bersama Jokowi

Nasional
Imigrasi Bakal Tambah 50 'Autogate' di Bandara Ngurah Rai

Imigrasi Bakal Tambah 50 "Autogate" di Bandara Ngurah Rai

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke