Sementara itu, 56 persen lainnya menganggap sebaliknya.
Rinciannya, 26 persen responden tidak setuju pemimpin saat ini mendengar suara perempuan dan perempuan muda serta 30 persen lainnya di antara setuju atau tidak setuju.
Hal ini menjadi salah satu alasan atau hambatan bagi perempuan untuk berpartisipasi dalam politik.
"Masih banyak sekali hambatan yang dirasakan terutama yang perempuan untuk masuk berpolitik. Beberapa hambatan di antaranya remaja perempuan berpikir politisi tidak akan mendengarkan mereka," kata Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti saat ditemui di gedung Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI), Depok, Rabu (15/3/2023).
Berdasarkan riset yang sama, para pemimpin politik juga dianggap masih kurang memahami aspirasi perempuan dan perempuan muda.
Lalu, pemimpin politik masih jauh dari representasi daerah maupun komunitas yang mereka wakili.
"Selain itu, mereka melihat politisi tidak banyak bicara terkait isu yang mempengaruhi perempuan," ujar Dini.
Lebih lanjut, Dini menyampaikan, 9 dari 10 perempuan atau sekitar 97 persen responden survei mengakui adanya beragam hambatan dalam proses partisipasi di dunia politik.
Hambatan itu, kata Dini, bersifat interseksional dan struktural karena usia dan gender yang dianggap belum dewasa serta berbagai stereotipe yang berkembang di masyarakat.
Tantangan lainnya juga beragam, dari kurangnya akses ke dalam pengambilan keputusan, persepsi kurangnya pengetahuan atau keterampilan, hingga gagasan dari orang lain tentang apa yang pantas untuk remaja perempuan dan perempuan muda.
Di sisi lain, ketika berusaha untuk terlibat, mereka sering diremehkan dan jarang didengarkan.
"Jadi, belum masuk (ke dunia politik) sudah banyak tantangannya. Mereka merasa bahwa suara mereka kurang didengar oleh politisi. Masih banyak sekali hambatan yang dirasakan terutama yang perempuan untuk masuk berpolitik," kata Dini.
Riset ini melibatkan 1.000 anak perempuan usia 15-24 tahun, yang didominasi oleh perempuan berusia 20-24 tahun sebanyak 65 persen dari total responden survei.
Sebanyak 757 responden berasal dari Pulau Jawa, 48 responden dari Kalimantan, 46 responden dari Pulau Sunda Kecil, 5 responden dari Pulau Maluku, 23 responden dari Papua, 67 responden dari Sulawesi, dan 54 responden dari Sumatera.
Karakteristik responden beragam dari 76 persen perkotaan, 19 persen pedesaan, dan 1 persen pemukiman informal.
Responden berasal dari etnis, kelompok, penyandang disabilitas, pengungsi, dan agama minoritas.
https://nasional.kompas.com/read/2023/03/16/08185851/plan-indonesia-44-persen-responden-anggap-pemimpin-politik-tak-dengar-suara