Alasannya, sebagai kader baru Partai Golkar, ia mengikuti arahan partai yakni mendukung Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto untuk menjadi calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres).
“Saya mendukung Pak Airlangga karena sesuai dengan keputusannya, kan Golkar (mengusung) ketum. (Posisi) saya berada di situ,” kata Emil di Menara Kompas, Palmerah, Jakarta, Rabu (8/2/2023).
Sementara itu, Emil masih punya kesempatan untuk kembali menjajaki Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat.
Ia mengaku lebih ingin untuk menjajaki kontestasi tersebut.
“Kalau pilkada, saya punya hak satu periode lagi. Dari hak satu periode lagi itu, yang paling bagus melanjutkan Jawa Barat,” ujar dia.
Di sisi lain, Emil tak menampik ada peluang untuk menjajaki kontestasi Pilgub DKI Jakarta. Namun, keputusan itu masih perlu dikaji lebih mendalam.
“Kalau nanti DKI misalnya, ada opsi, harus disurvei, kan belum masuk kontestasi nama-nama lain kan. Sehingga belum tersandingkan, belum terilmiahkan, kalau Jawa Barat sudah,” ujar dia.
Di sisi lain, Emil menyatakan, partisipasinya di Partai Golkar tak harus terkait dengan kontestasi kekuasaan.
Emil saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Co-Chair Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu).
Ia memiliki elektabilitas yang cukup mumpuni sebagai figur capres.
Berdasarkan jajak pendapat Litbang Kompas periode 24 September - 7 Oktober 2022, elektabilitas Emil sebagai capres meningkat signifikan.
Ia memiliki tingkat elektoral sebesar 8,5 persen dan menduduki peringkat keempat setelah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan.
Padahal, dalam survei yang sama Juni 2022, tingkat elektoral Emil berada di angka 3,4 persen.
https://nasional.kompas.com/read/2023/02/08/21422741/beri-sinyal-tak-ikut-pilpres-2024-ridwan-kamil-paling-bagus-melanjutkan