Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kementerian Luar Negeri Judha Nugraha mengatakan, 104 WNI itu dievakuasi dari lima titik, yakni Gaziantep, Kahramanmaras, Adana, Hatay, dan Diyarbakir.
"Karena memang di lokasi-lokasi tersebut mereka sudah tidak memiliki tempat tinggal yang layak," kata Judha dalam konferensi pers virtual, Selasa (7/2/2023).
Kemenlu mencatat, terdapat 10 WNI yang mengalami luka-luka akibat gempa bumi tersebut.
Juru Bicara Kemenlu Teuku Faizasyah mengatakan, enam WNI di antaranya sedang dievakuasi, dan empat di antaranya sudah menjalani perawatan medis.
"Enam yang dievakuasi, empat (sudah) menjalani perawatan," ujar Teuku.
Teuku mengatakan, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) terus mendata WNI di wilayah terdampak.
Berdasarkan data Kemenlu, terdapat sekitar 6.500 WNI yang terdata tinggal di seluruh wilayah Turkiye.
Dari jumlah tersebut, terdapat sekitar 500 orang tinggal di area gempa dan sekitarnya.
Sebagian besar berstatus pelajar dan mahasiswa, sedangkan sebagian lainnya adalah WNI yang menikah dengan warga setempat serta pekerja di organisasi internasional.
Gempa berkekuatan M 7,8 mengguncang Turkiye bagian selatan pada Senin (6/2/2023) pukul 04.17 WS (08.17 WIB).
Pusat gempa terjadi di Provinsi Kahramanmaras, sekitar 600 km sebelah tenggara Ankara. Disusul dua gempa lanjutan berkekuatan M 6,4 dan M 6,5 di Provinsi Gaziantep, sekitar 700 km sebelah tenggara Ankara.
Gempa juga dirasakan di beberapa negara di wilayah tersebut, termasuk Suriah dan Lebanon.
Terbaru, korban tewas akibat gempa itu mencapai 4.365 jiwa.
Di Turkiye, pihak Badan Manajemen Bencana dan Situasi Darurat Turkiye (AFAD) pada Selasa (7/2/2023) mengatakan, sekarang ada 2.921 kematian yang telah ditemukan akibat gempa dahsyat pada Senin (6/2/2023).
Sementara itu, data terakhir di Suriah mengungkap sebanyak 1.444 orang telah ditemukan tewas akibat gempa.
https://nasional.kompas.com/read/2023/02/07/15173371/gempa-turkiye-104-wni-dievakuasi-ke-ankara