Berdasarkan survei itu, hanya 20,5 persen publik yang mengaku tertarik menjadi wakil rakyat, sedangkan 1,3 persen lainnya menjawab tidak tahu.
Dikutip dari pemberitaan Kompas.id, ada sejumlah alasan yang diutarakan repsonden mengapa mereka mau atau tidak mau menjadi caleg.
Sebanyak 55,2 persen dari responden yang mengaku tak mau jadi caleg beralasan bahwa mereka lebih ingin menjadi rakyat biasa, sedangkan 25,2 persen lainnya merasa tidak percaya diri atau tidak punya pengalaman politik.
Ada beberapa alasan lain mengapa seseorang tidak mau menjadi caleg, antara lain, partai politik citranya buruk (6,7 persen), takut tersandung kasus hukum (3,7 persen), dilarang keluarga (2,6 persen), dan tidak punya modal (2,0 persen).
Sementara itu, 45,1 persen responden yang mau menjadi caleg beralasan bahwa mereka ingin mengabdi untuk rakyat.
Kendati demikian, alasan pragmatis juga diutarakan oleh mereka yang ingin maju sebagai caleg, misalnya mencari pekerjaan (24,9 persen), ingin lebih sejahtera secara ekonomi (18,6 persen), dan ingin menjadi politisi (9,5 persen).
Adapun survei Litbang Kompas ini dilakukan dengan wawancara melalui telepon terhadap 506 responden yang dipilih secara acak di 34 provinsi se-Indonesia.
Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error penelitian -/+ 2,8 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana.
https://nasional.kompas.com/read/2023/01/30/07554191/survei-litbang-kompas-mayoritas-publik-tak-tertarik-jadi-caleg