Sebab, menurut Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi, Gerindra punya lebih banyak perolehan suara pada Pemilu 2019.
“Mengapa saya sebut sebagai banyolan politik? Sebab, size Partai Gerindra katakanlah berukuran XXL, tentu jauh lebih besar dari pada Nasdem atau PKS,” ujar Ari pada Kompas.com, Rabu (7/12/2022)
“Raihan suara Gerindra di Pemilu 2019 jauh lebih besar dari pada PKS atau Nasdem sehingga memiliki saham politik yang besar,” katanya lagi.
Dalam pandangannya, tak mungkin Gerindra mau mengalah untuk bergabung dengan Koalisi Perubahan.
“Gerindra sudah punya capres dan itu adalah ketua umumnya. Bagi kader dan akar rumput Gerindra, nama Prabowo Subianto tidak tergantikan,” ujar Ari.
Oleh karena itu, Ia meyakini bahwa tawaran PKS itu bakal ditolak oleh Gerindra.
Di sisi lain, menurutnya, bakal lebih realistis untuk Gerindra bergabung dengan poros nasionalis yang menjadi bagian dari koalisi pemerintah.
“Jika untuk kepentingan nasional dan tidak untuk kepentingan sesaat akan lebih ideal jika Gerindra bergabung dengan blok nasionalis seperti PDI-P, dan Golkar, serta PKB,” kata Ari.
Diketahui Juru Bicara PKS M Kholid menyampaikan tawaran agar Gerindra bergabung ke Koalisi Perubahan.
Koalisi itu diketahui tengah dijajaki oleh PKS, Nasdem, dan Partai Demokrat.
Menurut Kholid, sudah waktunya Gerindra membalas kebaikan PKS yang dalam dua Pilpres sebelumnya telah mendukung Prabowo sebagai capres.
"Kalau ada yang mau bergabung, ya mengajak kita bergabung, ya kita balik saja, kenapa enggak ikut gabung bersama kami?" kata Dasco di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (6/12/2022).
https://nasional.kompas.com/read/2022/12/07/15141361/pks-ajak-gerindra-gabung-koalisi-perubahan-pengamat-banyolan-politik