Hal tersebut diungkapkan Acay saat menjadi saksi sidang terdakwa AKP Irfan Widyanto kasus obstruction of justice dalam kasus pembunuhan Brigadir J yang digelar di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Rabu (26/10/2022).
Acay mengatakan, awalnya dia diperintah Ferdy Sambo untuk datang ke rumah dinas tanpa alasan yang jelas pada hari pembunuhan Brigadir J, 8 Juli 2022.
"Beliau hanya memerintahkan ke rumah, kemudian saya datang, kurang lebih ditelepon 17.30-17.45 dengan kalimat, 'Cay, ke rumah saya sekarang'. Saya bilang, 'Siap, Jenderal'. Telepon ditutup," ujar Acay.
Acay kemudian mengajak AKP Irfan Widyanto untuk ikut karena AKP Irfan merupakan bawahannya.
"Sampai di sana tidak ada aktivitas apa pun, saya coba menelepon sopir Ferdy, kemudian tidak diangkat. Setelah kurang lebih 5-10 menit, sopirnya atas nama Dadang telepon ke saya," ujar Acay.
Acay kemudian menanyakan posisi Ferdy Sambo dan memberikan penjelasan bahwa dia diperintahkan untuk menemui eks Kadiv Propam itu.
Setelah dijelaskan bahwa Sambo berada di Kompleks Polri Duren Tiga, Acay bersama AKP Irfan meluncur ke sana. Ia bersama Irfan tiba pukul 18.45 WIB.
Saat tiba di rumah dinas Kadiv Propam, Acay kemudian masuk melalui pintu samping dan melihat Ferdi Sambo lengkap dengan Pakaian Dinas Lapangan (PDL).
"Setelah melewati pagar, posisi Pak FS ada di meja, beliau sedang merokok sendirian," imbuh Acay.
Saat itulah Acay melihat raut wajah Ferdy Sambo yang tak biasa, wajah Sambo digambarkan memerah dan terlihat sangat marah.
"Dengan pakaian PDL dan celana PDL, dengan wajah yang tidak seperti biasanya, wajahnya merah, dia merokok sendirian. Setelah rokok dimatikan, baru saya berani mendekati beliau," ungkap Acay.
"Mohon izin, Jenderal. Mohon perintah, Jenderal," kata Acay menirukan ucapannya saat itu kepada Sambo.
https://nasional.kompas.com/read/2022/10/26/17215811/ekspresi-tak-biasa-sambo-usai-brigadir-j-tewas-akbp-acay-wajahnya-memerah