Salin Artikel

Mengenal Pierre Tendean, Ajudan Tampan Berdarah Perancis yang Gugur dalam G-30-S

Dalam peristiwa yang terjadi pada medio 1965 itu, Pierre yang kala itu baru menginjak usia 26 tahun sebenarnya bukan target utama dari pasukan pengawal Presiden Soekarno.

Namun, Pierre mengorbankan diri demi melindungi pimpinannya, Jenderal AH Nasution, yang saat itu menjabat Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan sekaligus Kepala Staf Angkatan Bersenjata.

Pada masa itu, Pierre merupakan salah satu ajudan Jenderal Nasution yang selalu mendampingi dan akrab dengan keluarga Nasution.

Kedekatannya dengan keluarga Jenderal Nasution sampai-sampai Pierre turut bermukim di rumah petinggi TNI Angkatan Darat itu di Jalan Teuku Umar Nomor 40 di Menteng, Jakarta Pusat.

Pierre gugur bersama enam perwira tinggi TNI di Lubang Buaya, Jakarta. Namanya kemudian diangkat menjadi Pahlawan Revolusi.

Patona

Sejak kecil, pria kelahiran 21 Februari 1939 ini mempunyai cita-cita menjadi pengabdi bangsa dan negara sebagai tentara.

Akan tetapi, putra dari pasangan Aurelius Lammert Tendean asal Manado dan Maria Elizabeth Cornet, perempuan blasteran Indonesia-Perancis itu sempat menemui jalan terjal untuk mengggapai keinginannya menjadi tentara.

Sang ayah menginginkan supaya Pierre meneruskan jejaknya yang berprofesi sebagai dokter.

Begitu pun dengan ibunda yang berharap Pierre kelak menjadi seorang insinyur apabila tidak menjadi dokter.

Ternyata, halangan tersebut tak membuat tekad Pierre beranjak.

Pada 1958, Pierre akhirnya menempuh pendidikan di Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad).

Di sini, ia ditempa bersama 155 prajurit lainnya sebagai taruna Atekad jurusan Zeni.

Brigjen (Purn) Muhammad Effendi Ritonga, kawan satu peleton dan barak selama pendidikan taruna mengenang Pierre sebagai sosok yang tampan.

Bahkan, para seniornya di Atekad menjuluki Pierre “Patona”.

“Pierre ini Indo, ganteng, jadi dikasih nama senior Patona. Patona artinya di bahasa Manado, pacaran,” kenang Ritonga, dikutip dari Program Singkap Kompas TV, Jumat (30/9/2022).

Menurut Ritonga, julukan “Patona” tersebut tak lepas karena ketampanan Pierre. Para senior meyakini bahwa ketampanan paras Pierre akan banyak perempuan yang jatuh hati padanya.

“Ya barangkali itu tadi, karena ganteng, handsome, senior-senior mereka lihat anak ini banyak cewe-cewe yang nyenengin (jatuh hati) dia barang kali itu, sehingga dibikin Patona-lah,” kata Ritonga.

Setelah melewati masa-masa pendidikan, Pierre akhirnya lulus dari Akademi Militer pada 1961 dengan pangkat letnan dua.

Bertemu pujaan hati

Setelah lulus dari Atekad, Pierre langsung mendapat tugas pertamanya sebagai Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan, Sumatera Utara.

Di sinilah, Pierre bertemu dengan pujaan hatinya, Rukmini Chaimin. Keduanya banyak menghabiskan waktu untuk memperteguh asmara keduanya. Hal ini terlihat dari beberapa foto yang memotret keduanya.

Namun, karena Pierre mendapat tugas negara membuat keduanya harus menjalani hubungan jarak jauh.

“Pierre ternyata disekolahkan sekolah intelijen di Bogor (Pusat Pendidikan Intelijen),” kata Ritonga.

“Waktu Dwikora itu banyak tugasnya intelijen, bahkan pernah masuk Singapura. Kebetulan orangnya enggak seperti asli orang Indonesia, dipercaya,” sambung Ritonga.

Setelah melewati pendidikan intelijen, Pierre dipercaya untuk memimpin pasukan sukarela gerilyawan ke negara federasi Malaysia.

Dia juga terlibat dalam operasi penyusupan dan sabotase.

Prestasi gemilangnya itu pun membuat karier Pierre melesat hingga dipinang Jendela AH Nasution untuk menjadi ajudannya.

Kelabu

Pada 30 September 1965, Pierre sedianya sudah mengajukan cuti libur untuk merayakan ulang tahun ibundanya, Maria Elizabeth Cornet, di Semarang, Jawa Tengah, pada keesokan harinya.

Namun, tugas sebagai ajudan yang cukup padat, pada pukul 15.00 WIB pun membuat Pierre masih bertahan di Jakarta.

Tak disangka bahwa hari itu menjadi hari terakhir Pierre bertugas sebagai ajudan.

Kepulangan untuk merayakan ulang tahun sang bunda dan rencana bahagia untuk menikahi kekasih hatinya, Rukmini, bulan Desember pun tak terlaksana karena gugur dalam peristiwa G-30-S.

Di sisi lain, Pierre terbilang akrab dan dekat dengan keluarga Jenderal Nasution, tidak terkecuali dengan putri bungsu sang jenderal, Ade Irma Suryani, yang juga turut menjadi korban dalam peristiwa penyerangan tersebut.

Pierre yang kerap kali dipanggil "Om" oleh anak-anak Jenderal Nasution tanpa sengaja berfoto bersama Ade Irma Suryani pada 1 Juli 1965, di acara pernikahan adik Piere, Rooswdiati Tendean di Jakarta.

Tak ada yang menyangka pula bahwa momen tersebut juga menjadi yang terakhir bagi Pierre dan keluarga sebelum diculik Cakrabirawa.

"Pierre sudah menunjukkan dari kecil bahwa 'Saya akan menjadi seseorang' dengan caranya sendiri. Sekarang banyak orang bermimpi terlalu tinggi, sedangkan mereka tidak menginjak tanah. Pierre menginjak tanah, bahkan dikubur di dalamnya untuk menjadi orang yang membopong negara ini," kata Abie Besman, Editor Buku Biografi Pierre Tendean berjudul Sang Patriot.

https://nasional.kompas.com/read/2022/09/30/17055251/mengenal-pierre-tendean-ajudan-tampan-berdarah-perancis-yang-gugur-dalam-g

Terkini Lainnya

Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Nasional
FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

Nasional
Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Nasional
Jaga Independensi, MK Sembunyikan Karangan Bunga yang Sindir Sengketa Pilpres 2024

Jaga Independensi, MK Sembunyikan Karangan Bunga yang Sindir Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Busyro Muqqodas Harap Putusan MK Soal Sengketa Pilpres Berpihak pada Etika Kenegaraan

Busyro Muqqodas Harap Putusan MK Soal Sengketa Pilpres Berpihak pada Etika Kenegaraan

Nasional
Kemenlu: Indonesia Sesalkan DK PBB Gagal Sahkan Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina

Kemenlu: Indonesia Sesalkan DK PBB Gagal Sahkan Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina

Nasional
Yusril Prediksi MK Tak Diskualifikasi Gibran

Yusril Prediksi MK Tak Diskualifikasi Gibran

Nasional
Soal Besaran Tunjangan ASN yang Pindah ke IKN, Pemerintah Tunggu Jokowi

Soal Besaran Tunjangan ASN yang Pindah ke IKN, Pemerintah Tunggu Jokowi

Nasional
MK Bantah Ada Bocoran Putusan Sengketa Pilpres

MK Bantah Ada Bocoran Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
Marinir Indonesia-AS Akan Kembali Gelar Latma Platoon Exchange Usai 5 Tahun Vakum

Marinir Indonesia-AS Akan Kembali Gelar Latma Platoon Exchange Usai 5 Tahun Vakum

Nasional
Ingin Pileg 2029 Tertutup, Kaesang: Supaya “Amplop”-nya Enggak Kencang

Ingin Pileg 2029 Tertutup, Kaesang: Supaya “Amplop”-nya Enggak Kencang

Nasional
PSI Akan Usung Kader Jadi Cawagub Jakarta dan Wali Kota Solo

PSI Akan Usung Kader Jadi Cawagub Jakarta dan Wali Kota Solo

Nasional
Soal Sengketa Pilpres, Pengamat Nilai MK Tak Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran

Soal Sengketa Pilpres, Pengamat Nilai MK Tak Bisa Hanya Diskualifikasi Gibran

Nasional
Profil Marsda Arif Widianto, Pati AU yang Kini Jabat Dansesko TNI

Profil Marsda Arif Widianto, Pati AU yang Kini Jabat Dansesko TNI

Nasional
Sudirman Said Sebut Pertemuan JK dan Megawati Kemungkinan Terjadi Setelah Putusan MK

Sudirman Said Sebut Pertemuan JK dan Megawati Kemungkinan Terjadi Setelah Putusan MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke