JAKARTA, KOMPAS.com - Sosok Mischa Hasnaeni Moein atau dikenal juga sebagai Wanita Emas sudah tidak asing lagi.
Medio 2016 lalu, namanya santer terdengar hendak mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Bukan sekali saja Hasnaeni menyatakan ingin berlaga di panggung pemilihan. Dia juga pernah berniat mencalonkan diri sebagai Wali Kota Tangerang Selatan, hingga calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Kali ini, nama Hasnaeni mencuat lagi. Bukan karena dia kembali ke kancah politik, namun lantaran terjerat kasus korupsi.
Dari pilkada ke pilkada
Hasnaeni mencoba peruntungan pertamanya di gelanggang pemilihan pada Pilkada Tangerang Selatan 2010.
Saat itu, dia sudah melabeli diri sebagai "Wanita Emas". Julukan tersebut sedianya merupakan akronim dari jargon yang kerap Hasnaeni bawa, yakni "era masyarakat sejahtera".
Menurut Hasnaeni, emas merupakan simbol kesejahteraan. Dengan menyandang nama panggilan "Wanita Emas", dia berharap bisa menjadi wanita yang membawa kesejahteraan untuk masyarakat luas.
Pada Pilkada Tangerang Selatan 2010, Hasnaeni menggandeng artis Saipul Jamil untuk mendampinginya sebagai calon wakil wali kota. Namun, di tengah jalan, Saipul Jamil mundur.
Hasnaeni pun gagal menjadi orang nomor satu di Kota Tangsel.
Tak menyerah, Hasnaeni bertekad mencalonkan diri sebagai anggota legislatif DKI Jakarta dari Partai Demokrat pada Pemilu 2014. Namun, lagi-lagi upayanya tak berhasil.
Hasnaeni lantas bermimpi maju pada Pilkada DKI 2017. Dia konsisten membawa jargon "era masyarakat sejahtera".
Stiker "wanita emas" lengkap dengan foto Hasnaeni banyak tertempel di bus-bus ibu kota ketika itu.
Namun demikian, Hasnaeni kembali gagal melenggang ke panggung pemilihan Pilgub DKI lantaran Demokrat saat itu justru mengusung Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Sylvia Murni.
Tak surut, jelang Pemilu 2019 Hasnaeni sempat menyatakan keinginannya maju sebagai calon legislatif (caleg) DPRD DKI Jakarta.
Namun, bukan dari Demokrat, Wanita Emas saat itu mengaku hendak mencalonkan diri dari PDI Perjuangan.
Kendati demikian, rencana pencalonan Hasnaeni itu tak terdengar lagi kabarnya.
Senggol Ahok
Niat Hasnaeni maju sebagai Gubernur DKI membuatnya berkali-kali menyenggol Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Saat itu, Ahok yang masih menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI menggantikan Joko Widodo, juga hendak maju pada Pilgub DKI 2017.
Sejumlah kritik dilayangkan Hasnaeni terhadap Ahok. Dia pernah menyebut Ahok jarang sekali blusukan atau turun langsung ke masyarakat.
"Kalau saya lihat sejauh ini, Pak Ahok sangat jarang sekali menyentuh ke bawah. Waktu Pak Jokowi (jadi Gubernur DKI) masih sering blusukan," kata Hasnaeni saat ditemui wartawan di kolong tol Penjaringan, Jakarta Utara, seperti diberitakan Kompas.com 23 Januari 2016.
Hasnaeni juga pernah mengkritik banyaknya penggusuran permukiman yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dia juga menyinggung tingginya ketimpangan sosial di ibu kota.
Menurut hasil surveinya sendiri, masih banyak warga yang kesulitan mengakses program pemerintah, seperti Kartu Jakarta Pintar (KJP) hingga Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
"Warga masih sangat kesulitan mendapat rujukan, harus menunggu sekarat dulu baru dibawa ke rumah sakit. Jadi saya melihat tidak maksimal ya," ucap Hasnaeni.
Ini diklaim Hasnaeni berdasar survei Emrus Corner ketika itu.
Hasnaeni bahkan yakin bisa mengalahkan Ahok di pilkada. Dia percaya diri mampu mengantongi mayoritas suara warga DKI hingga 76 persen.
"Bisa saja Hasnaeni head to head dengan Ahok," katanya dalam sebuah diskusi di Jakarta, 23 Maret 2016.
Namun begitu, kenyataannya, tak ada partai yang bersedia mengusung Hasnaeni. Padahal, dia telah "melamar" ke sejumlah parpol.
Berbulan-bulan menabuh genderang persaingan dengan Ahok, ujungnya, Hasneni menyatakan dukungannya terhadap mantan Bupati Belitung tersebut.
Dia berharap Ahok yang saat itu menggandeng Djarot Saiful Hidayat dapat memenangkan pertarungan Pillkada DKI 2017.
"Yang jelas, kami mendukung calon gubernur yang bisa menyelesaikan persoalan-persoalan di DKI," kata Hasnaeni di hadapan Ahok, 24 November 2016.
Tersangka korupsi
Lama tak terdengar kabarnya, Wanita Emas kembali muncul. Kali ini, dengan status barunya sebagai tersangka korupsi.
Pada Kamis (22/9/2022), Kejaksaan Agung (Kejagung) menetapkannya sebagai tersangka kasus dugaan korupsi penyimpangan dan penyelewengan dana salah satu anak perusahaan PT Waskita Karya (Persero) Tbk.
Pihak Kejagung menyatakan, Hasnaeni ditetapkan sebagai tersangka berdasar pengembangan kasus dugaan korupsi di PT Waskita Beton Precast Tbk.
“Tersangka H (Hasnaeni) selaku direktur PT MMM dengan dalih PT MMM sedang melakukan pekerjaan tol Semarang-Demak, menawarkan pekerjaan kepada PT WBP, Waskita Beton Precast," kata Direktur Penyidikan Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus (Dirdik Jampidsus) Kejagung Kuntadi di Gedung Kejagung, Jakarta, Kamis (22/9/2022).
"Dengan syarat PT WBP harus menyetorkan sejumlah uang kepada PT MMM dengan dalih penanaman modal,” tuturnya.
Kejagung sebelumnya lebih dulu menetapkan empat tersangka kasus dugaan korupsi penyimpangan dan penyelewengan dana di PT Waskita Beton Precast Tbk.
Kapuspenkum Kejagung Ketut Sumedana menyebutkan, keempat tersangka adalah AW selaku pensiunan atau mantan Direktur Pemasaran PT Waskita Beton Precast Tbk periode 2016 sampai 2020.
Kedua, AP selaku General Manager Pemasaran PT Waskita Beton Precast Tbk periode 2016 sampai dengan Agustus 2020.
Selanjutnya, BP selaku Staf Ahli Pemasaran (expert) PT Waskita Beton Precast Tbk, dan A selaku pensiunan karyawan PT Waskita Beton Precast Tbk.
Sebelumnya, Ketut mengatakan bahwa PT Waskita Beton Precast Tbk pada 2016- 2020 telah melakukan perbuatan melawan hukum atau menyalahgunakan wewenang dengan melakukan pengadaan fiktif, pengadaan barang tidak dapat dimanfaatkan, dan beberapa pengadaan tidak dapat ditindaklanjuti.
“Atas perbuatan tersebut, menimbulkan kerugian keuangan negara sebesar Rp 2.583.278.721.001,” ujarnya.
https://nasional.kompas.com/read/2022/09/23/11540681/jejak-hasnaeni-wanita-emas-di-panggung-panggung-pemilihan-sempat-senggol