Salin Artikel

Megawati dan Langkah Politiknya sebagai "Queen Maker" Jelang Pilpres 2024

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memegang kuasa penuh atas pencalonan presiden di partainya. Demikian ditegaskan berulang kali oleh jajaran PDI-P.

Di saat partai-partai lain sibuk membangun koalisi bahkan mengumumkan nama calon presiden, PDI-P masih bergeming. Katanya, Megawati masih menimbang-nimbang dinamika politik terkini.

Kendati demikian, sejumlah langkah mulai ditempuh Mega untuk mempersiapkan partainya menghadapi kontestasi pemilihan mendatang.

Langkah Mega sebagai "queen maker" Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 pun dinanti-nantikan. Keputusan presiden kelima RI itu dinilai menjadi salah satu penentu peta politik ke depan.

Gembleng capres

Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto menyatakan, meski belum menentukan arah koalisi dan mengumumkan nama capres, partainya tak tinggal diam menyambut gelaran Pilpres 2024.

Hasto mengungkap, Megawati kini tengah memberikan bimbingan ke kader-kader PDI-P yang digadang-gadang menjadi calon presiden.

“Untuk pilpres, semua baru digembleng oleh Ibu Megawati. Kan (pendaftaran capres) masih Agustus tahun depan,” kata Hasto dalam keterangannya, Minggu (14/8/2022).

Hasto tak menyebutkan detail soal penggemblengan capres yang tengah dilakukan Megawati.

Namun, dia mengeklaim, partainya punya banyak calon pemimpin. Mereka salah satunya dihasilkan lewat sekolah partai dan pendampingan oleh para kepala daerah yang telah berhasil.

“Kader PDI Perjuangan banyak. Ada Mas Bobby (Boby Nasution, Wali Kota Medan) di Kota Medan, Pak Rapidin (Ketua DPD PDI-P Sumut) juga kader hebat membawa kemajuan daerah,” ucap Hasto.

Safari politik

Sementara, Ketua DPP PDI-P Ahmad Basarah mengatakan, partainya hingga kini memang belum memutuskan soal kerja sama politik maupun pencapresan Pemilu 2024.

Dia mengatakan, Megawati masih akan melihat dinamika politik yang terjadi saat ini dan beberapa waktu ke depan.

"Nah, dinamika politik itu yang akan menjadi dasar pertimbangan Ibu Mega untuk menentukan siapa capresnya, siapa cawapresnya. Siapa saja parpol yang akan diajak kerja sama dalam gotong royong pilpres itu dan kapan akan diumumkan," kata Basarah di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (15/8/2022).

Kendati demikian, kata Basarah, Megawati telah menugaskan Ketua DPP PDI-P Bidang Politik dan Keamanan Puan Maharani untuk bersafari politik. Rencananya, putri Megawati itu akan silaturahmi ke seluruh ketua umum parpol.

Menurut Basarah, safari politik tersebut juga bakal menjadi pertimbangan Megawati terkait koalisi maupun pencapresan.

"Mengenai bagaimana ujung, bagaimana gotong royong menuju pilpres itu, biarkan dinamika politk yang menentukan," ujarnya.

Basarah menyebutkan, safari politik Puan juga bertujuan membangun kesepahaman supaya partai politik turut menyukseskan Pemilu 2024.

Pasalnya, ajang pemilihan tersebut menentukan arah pemerintahan ke depan.

"Itu harus betul-betul dijaga menjadi sarana untuk semakin memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa," kaya Basarah.

Keliling Indonesia

Oleh Megawati, Puan tak hanya ditugaskan bersafari politik menemui para ketua umum partai. Ketua DPR RI itu juga diminta Mega berkeliling Indonesia bertemu kader PDI-P.

Tugas ini diungkapkan oleh Puan sendiri belum lama ini.

"Sebagai Ketua DPP partai, sebagai Ketua DPR saya ditugaskan, inget ya ditugaskan Ibu Ketua Umum (Megawati) untuk muter-muter, untuk ketemu sama keluarga besar PDI Perjuangan,” kata Puan dalam keterangannya, Senin (4/7/2022).

Menurut Puan, ada alasan khusus mengapa dirinya yang ditugaskan berkeliling Indonesia. Ini tak lepas dari kondisi kesehatan Megawati yang tak memungkinkan lagi.

"Kenapa? Kita semua sayang sama Ibu Mega kan, nah jadi saya memang termasuk orang yang meminta Ibu Mega itu enggak muter-muter seperti dulu karena kita sayang sama Ibu Mega kita jaga kesehatannya, kalau acara besar, acara urgen, acara penting ibu akan hadir," ujarnya.

Sementara, Ketua DPP PDI-P Djarot Saiful Hidayat beralasan, ditunjuknya Puan untuk konsolidasi ke daerah adalah karena peran putri bungsu Megawati itu di internal PDI-P sebagai Ketua DPP bidang politik.

"Mbak Puan itu di DPP sebagai ketua bidang politik. Beliau putrinya Bu Megawati," kata Djarot di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (4/7/2022).

Terkait tugas Puan menjalin komunikasi dengan partai-partai politik lainnya, kata Djarot, ini karena jabatan dia sebagai Ketua DPR RI yang kerap bertemu fraksi-fraksi partai di Parlemen.

"Komunikasi lintas fraksi itu pasti dilakukan oleh beliau. Semua partai-partai politik itu kan ada fraksi-fraksi juga kan dan setiap saat juga bertemu sama beliau (Puan Maharani)," jelasnya.

"Queen maker"

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor menilai, Megawati sedianya hendak menunjukkan diri sebagai "queen maker" pada Pemilu Presiden 2024.

Oleh karenanya, PDI-P berulang kali menegaskan peran penting Mega dalam pencapresan partai. Bahkan, diungkapkan jajaran PDI-P berulang kali, nama capres menjadi hak prerogatif ketua umum.

"PDI-P ingin menunjukkan bahwa Bu Mega adalah queen maker. Jadi ingin memberikan sinyal bahwa (capres PDI-P) ini hasil keputusan dan hasil didikan seorang Ibu Megawati," kata Firman kepada Kompas.com, Senin (15/8/2022).

Menurut Firman, PDI-P saat ini sebenarnya telah mengantongi sejumlah nama yang masuk dalam radar capres. Hanya saja, nama-nama tersebut belum diumumkan ke publik.

Ihwal penggemblengan capres yang sempat disinggung oleh Sekjen PDI-P, menurut Firman, dilakukan untuk memastikan bahwa sosok tersebut betul-betul sesuai dengan figur pemimpin yang diinginkan Megawati.

"Kalau di PDI-P itu kan istilahnya harus tegak lurus, sistem komando. Ini untuk mencegah ada satu figur yang keluar dari selera Bu Mega, apakah itu selera pemikiran, selera attitude, maupun selera kecenderungan koalisi nantinya," ucap Firman.

Firman berpendapat, penggemblengan capres PDI-P juga menunjukkan bahwa partai pimpinan Megawati itu masih butuh waktu untuk menentukan nama capresnya.

Sebagai satu-satunya partai yang memenuhi presidential threshold, Firman menilai wajar jika PDI-P tak terburu-buru soal nama capres.

Sebab, sebagai partai penguasa, bukan tidak mungkin keputusan PDI-P soal capres kelak akan menarik partai-partai lain bergabung, kendati diumumkan pada detik-detik terakhir pendaftaran capres.

"Penggembelengannya ini saya kira muatannya adalah agar nanti seluruh kader PDI-P solid di bawah orang ini karena dia sudah direstui Bu Mega," kata Firman.

Sejauh ini, menurut Firman, capres PDI-P masih berkutat pada dua nama, antara Puan Maharani atau Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Sejak beberapa bulan terakhir, tampak upaya PDI-P mendongkrak elektabilitas Puan. Namun, mantan Menteri Koordinator Bidang pembangungan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) itu belum juga menunjukkan peningkatan elektabilitas signifikan.

Oleh karenanya, lanjut Firman, waktu setahun ke depan masih akan dimanfaatkan oleh PDI-P untuk mendorong elektabilitas Puan, sembari mempertimbangkan nama lain yang elektabilitasnya lebih menjanjikan.

"Kalau (capres) diumumkan last minute sekali, pasti akan memunculkan sosok yang elektabilitasnya tinggi," kata Firman.

"Tapi kalau dia munculkan tidak last minute, mungkin akan diupayakan untuk mencari sosok yang tidak terlalu tinggi elektabilitasnya, tapi masih bisa diupayakan dengan deal-deal politik," tuturnya.

https://nasional.kompas.com/read/2022/08/16/06450031/megawati-dan-langkah-politiknya-sebagai-queen-maker-jelang-pilpres-2024

Terkini Lainnya

Usul Revisi UU Pemilu, Anggota DPR: Selama Ini Pejabat Pengaruhi Pilihan Warga Pakai Fasilitas Negara

Usul Revisi UU Pemilu, Anggota DPR: Selama Ini Pejabat Pengaruhi Pilihan Warga Pakai Fasilitas Negara

Nasional
KPU Mulai Rancang Aturan Pemutakhiran Daftar Pemilih Pilkada 2024

KPU Mulai Rancang Aturan Pemutakhiran Daftar Pemilih Pilkada 2024

Nasional
Waketum Nasdem Ahmad Ali Datangi Rumah Prabowo di Kertanegara

Waketum Nasdem Ahmad Ali Datangi Rumah Prabowo di Kertanegara

Nasional
Sebut Hak Angket Masih Relevan Pasca-Putusan MK, PDI-P: DPR Jangan Cuci Tangan

Sebut Hak Angket Masih Relevan Pasca-Putusan MK, PDI-P: DPR Jangan Cuci Tangan

Nasional
Bicara Posisi Politik PDI-P, Komarudin Watubun: Tak Harus dalam Satu Gerbong, Harus Ada Teman yang Mengingatkan

Bicara Posisi Politik PDI-P, Komarudin Watubun: Tak Harus dalam Satu Gerbong, Harus Ada Teman yang Mengingatkan

Nasional
Anggota Komisi II DPR Nilai Perlu Ada Revisi UU Pemilu Terkait Aturan Cuti Kampanye Pejabat Negara

Anggota Komisi II DPR Nilai Perlu Ada Revisi UU Pemilu Terkait Aturan Cuti Kampanye Pejabat Negara

Nasional
Proses di PTUN Masih Berjalan, PDI-P Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran

Proses di PTUN Masih Berjalan, PDI-P Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran

Nasional
DKPP Verifikasi Aduan Dugaan Ketua KPU Goda Anggota PPLN

DKPP Verifikasi Aduan Dugaan Ketua KPU Goda Anggota PPLN

Nasional
Kasus Eddy Hiariej Dinilai Mandek, ICW Minta Pimpinan KPK Panggil Jajaran Kedeputian Penindakan

Kasus Eddy Hiariej Dinilai Mandek, ICW Minta Pimpinan KPK Panggil Jajaran Kedeputian Penindakan

Nasional
KPU Undang Jokowi Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Besok

KPU Undang Jokowi Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Besok

Nasional
Cak Imin Mengaku Belum Dapat Undangan KPU untuk Penetapan Prabowo-Gibran

Cak Imin Mengaku Belum Dapat Undangan KPU untuk Penetapan Prabowo-Gibran

Nasional
Tentara AS Meninggal Saat Tinjau Tempat Latihan Super Garuda Shield di Hutan Karawang

Tentara AS Meninggal Saat Tinjau Tempat Latihan Super Garuda Shield di Hutan Karawang

Nasional
DKPP Terima 200 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu Selama 4 Bulan Terakhir

DKPP Terima 200 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu Selama 4 Bulan Terakhir

Nasional
Nasdem-PKB Sepakat Tutup Buku Lama, Buka Lembaran Baru

Nasdem-PKB Sepakat Tutup Buku Lama, Buka Lembaran Baru

Nasional
Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke