JAKARTA, KOMPAS.com - Bhayangkara Dua Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E dilaporkan menyesal dan menangis karena telah menembak Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat atau Brigadir J.
"Dia sudah mengakui, bersalah dia itu. Nyesel dia itu, nangis dia itu," kata kuasa hukum Bharada E, Deolipa Yumara, seperti dikutip dari program Sapa Indonesia Malam KOMPAS TV, Senin (8/8/2022).
Deolipa mengatakan, Bharada E mengakui perbuatannya menembak Brigadir J salah.
"Dia cuma mengakui dia melakukan itu, udah sampai situ saja, dan dia merasa bersalah terhadap hal itu. Menyesal dia, sampai berdoa lama kepada Tuhannya," ujar Deolipa.
Deolipa mengatakan kliennya saat ini dalam keadaan sehat dan senang karena merasa dilindungi oleh Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri.
"Sekarang nyaman dia. Kalau Bharada E itu senang-senang saja di Bareskrim, dia baik-baik saja, dijaga kesehatannya," kata Deolipa.
"Dia senang-senang saja, ya nyaman lah," sambung Deolipa.
Deolipa kembali menegaskan Bharada E bukan pelaku utama dalam kasus dugaan pembunuhan itu.
Sebab, Bareskrim juga menetapkan Brigadir RR sebagai tersangka dalam kasus yang sama.
"Satu dikenakan pasal pembunuhan biasa, satu dikenakan pembunuhan berencana. Nah ini dia, pasti ada hierarkinya, 340 dan 338 KUHP, pasal 338 turut serta, berarti Bharada E bukan pelaku utama," kata Deolipa.
Menurut Deolipa, Bharada E menembak Brigadir J atas perintah atasan. Namun, dia tidak menjelaskan rinci siapa atasan yang dimaksud.
"Saya sampaikan bahwasanya ada perintah dari atasan, bahwasanya siapanya itu kewenangan penyidik untuk menyampaikannya," ucap Deolipa.
TKP dugaan pembunuhan Brigadir J terjadi di rumah dinas mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri Irjen Ferdy Sambo di Kompleks Asrama Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Menurut paparan Mabes Polri, peristiwa berdarah itu terjadi pada 8 Juli 2022. Namun, Mabes Polri baru menyampaikannya kepada masyarakat pada 11 Juli 2022.
Menurut laporan Mabes Polri pada 11 Juli lalu, saat peristiwa berdarah itu Bharada E menggunakan pistol Glock-17 dan Brigadir J menggunakan pistol HS-9.
Saat itu Mabes Polri menyatakan, Brigadir J meninggal setelah terlibat baku tembak dengan Bharada E di rumah dinas Ferdy Sambo.
Masih menurut keterangan polisi pada 11 Juli, saat baku tembak terjadi, Brigadir J memuntahkan 7 peluru yang tak satu pun mengenai Bharada E. Sementara, Bharada E disebut melepaskan 5 peluru ke Brigadir J.
Bharada E adalah anggota Korps Brimob yang disebut diperbantukan sebagai sopir Ferdy Sambo itu sudah ditetapkan sebagai tersangka. Polisi menjeratnya dengan Pasal 338 Jo. 55 dan 56 KUHP.
Selain Bharada E, polisi juga menetapkan Brigadir Ricky Rizal atau Brigadir RR sebagai tersangka.
Akan tetapi, pasal yang disangkakan kepada Brigadir RR berbeda dari Bharada E, yakni Pasal 340 subsider Pasal 338 jo. 55 dan 56 KUHP.
Keduanya saat ini ditahan di rumah tahanan (Rutan) Bareskrim.
Bharada E melalui kuasa hukumnya mengajukan diri menjadi justice collaborator melalui Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
Pengajuan permohonan justice collaborator dari Bharada E itu disampaikan ke LPSK pada Senin (8/8/2022) kemarin.
Menurut Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Ahmad Taufan Damanik, Brigadir RR mengatakan berlindung di balik kulkas saat diperiksa.
Dia juga mengatakan, Brigadir RR tidak hanya melihat Brigadir J menatap ke arah atas tangga sambil menghunuskan pistol.
Akan tetapi, saat ini Brigadir RR justru menjadi salah satu tersangka dugaan pembunuhan.
Di sisi lain, Ferdy saat ini menjadi salah satu dari 25 polisi yang diperiksa tim Inspektorat Khusus (Irsus) dalam kasus dugaan pelanggaran etik penanganan dugaan pembunuhan Brigadir J.
Tim Irsus menduga Ferdy Sambo melakukan pelanggaran etik karena tidak profesional dalam olah tempat kejadian perkara penembakan Brigadir J.
Salah satu bentuk ketidakprofesionalan Ferdy yaitu pengambilan dekoder kamera pengawas atau CCTV di pos jaga Kompleks Asrama Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan.
Ferdy juga telah dicopot dari jabatannya sebagai Kadiv Propam Polri pada Kamis (4/8/2022).
Dia kemudian dimutasi sebagai perwira tinggi (Pati) Pelayanan Markas (Yanma) Polri dan saat ini ditempatkan di Markas Korps (Mako) Brimob di Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.
Selain Ferdy, ada 2 perwira tinggi Polri yang turut dimutasi dan diperiksa tim Irsus karena dugaan pelanggaran etik dalam kasus itu.
Mereka adalah mantan Karo Paminal Divpropam Polri Brigjen Hendra Kurniawan, dan mantan Karo Provos Divpropam Polri Brigjen Benny Ali.
(Penulis: Achmad Nasrudin Yahya | Editor: Krisiandi)
https://nasional.kompas.com/read/2022/08/09/12001931/bharada-e-disebut-menangis-dan-menyesal-tembak-brigadir-j