JAKARTA, KOMPAS.com - Managing Director of Paramadina Public Policy Institute Ahmad Khoirul Umam menilai, wacana duet Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) akan membuat banyak dinamika politik menjelang Pemilu 2024.
Pertama, wacana memasangkan Anies-AHY berpeluang besar menjadi titik lebur antara kekuatan Nasdem dan Demokrat.
"PKS sendiri berpeluang besar bergabung ikut mengusung duet Anies-AHY ini," kata Umam saat dihubungi Kompas.com, Rabu (20/7/2022).
Bahkan, lanjut Umam, jika duet Anies-AHY dideklarasikan lebih cepat, maka berpotensi mengubah peta Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
Menurut Umam, belakangan ini KIB diterpa isu keretakan, di mana Golkar berusaha keras menegosiasikan posisi Ketua Umumnya, Airlangga Hartarto sebagai calon wakil presiden (cawapres).
Sementara itu, kekuatan politik PAN mulai diisukan “telah digadaikan” kepada Erick Thohir.
"Jika KIB semakin kesulitan menemukan titik lebur dalam komposisi Capres-Cawapres, kemungkinan besar PPP akan check out dan menempuh jalur berbeda, dengan ikut mendukung duet Anies-AHY," jelasnya.
Umam mengatakan, PPP akan menilai komposisi duet Anies-AHY relatif sesuai.
Di sisi lain, duet itu akan diterima oleh segmen pemilih loyal PPP yang berasal dari kalangan Islam moderat.
Kedua, Umam menyoroti peluang terbentuknya koalisi Demokrat-Nasdem-PKS-PPP jika mengusung Anies-AHY.
Dengan komposisi ini, peluang bakal koalisi ini memenangkan Pilpres 2024 akan terbuka lebar.
"Duet Anies-AHY berpotensi bisa mengonsolidasikan hampir 30 persen kekuatan partai-partai nasionalis-religius, seperti Partai Nasdem (8 persen), Partai Demokrat (8 persen), PPP (4 persen) dan PKS (8 persen). Artinya, syarat 20 persen presidential threshold berpeluang mudah terlampaui," tutur Umam.
Bahkan, lanjut Umam, koalisi itu tergolong cukup solid dan tidak mudah goyah.
Alasannya, mengingat partai-partai seperti Nasdem, Demokrat, dan PKS, termasuk partai-partai politik yang elite pimpinannya bisa mengontrol penuh keputusan strategis partai.
Koalisi ini, kata Umam, bisa melakukan hal tersebut tanpa dihantui oleh manuver berbagai varian gerbong politik di dalam struktur internal kepartaian masing-masing.
Sebelumnya, duet Anies-AHY muncul pada simulasi lembaga survei Indopol yang dirilis pada Jumat (15/7/2022).
Survei Indopol melakukan simulasi dengan asumsi empat poros yang akan bertarung dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2024.
Poros pertama diisi oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sendirian.
Kemudian, poros kedua diisi oleh Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Selanjutnya poros ketiga yaitu Partai Nasdem, Partai Demokrat dan PKS.
Terakhir, poros keempat adalah KIB (Koalisi Indonesia Bersatu yang terdiri dari Partai Golkar-Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Amanat Nasional.
Dari simulasi itu, muncul pasangan calon (Paslon) Anies Baswedan dan AHY dari poros Partai Nasdem, Partai Demokrat dan PKS, yang menempati posisi teratas dibandingkan lainnya.
"Pasangan Anies dan AHY menempati posisi yang teratas dengan 34,72 persen. Meskipun kemudian yang belum menjawab masih banyak yaitu 36,50 persen," kata Direktur Eksekutif Indopol Survey, Ratno Sulistiyanto dalam tayangan YouTube, Jumat.
https://nasional.kompas.com/read/2022/07/20/20125641/wacana-duet-anies-ahy-dinilai-jadi-kekuatan-nasdem-demokrat-pks-dan-ppp