Salin Artikel

Polemik Zulkifli Hasan dan Risiko Jokowi Angkat Menteri dari Parpol

JAKARTA, KOMPAS.com - Ancaman resesi akibat krisis dan energi membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menasihati para menterinya untuk bekerja ekstra dalam menghadapi tantangan yang tak mudah.

Hal itu disampaikan Presiden Jokowi saat berbincang dengan sejumlah pemimpin redaksi media massa di Istana Negara di Jakarta pada Rabu (13/7/2022) lalu.

"Menteri tidak bisa bekerja biasa-biasa. Harus bekerja ekstra. Tidak bisa hanya bekerja secara makro, tetapi juga mikro bahkan supermikro, melihat detail satu per satu," kata Jokowi dikutip dari Kompas.id.

Saat ditanya apakah sudah tidak ada lagi rencana perombakan atau reshuffle kabinet, Jokowi hanya menjawab singkat.

"Hmm, kata siapa!" ujar Jokowi sambil tersenyum saat bersantap siang dengan para pemimpin redaksi.

Jokowi memang sudah berulang kali memperingatkan supaya menteri-menterinya fokus bekerja.

Hal itu sudah dia sampaikan dalam beberapa waktu terakhir.

Paling terbaru, Jokowi meminta Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan yang dilantik pada 15 Juni 2022 lalu supaya fokus bekerja menurunkan harga minyak goreng.

Pernyataan itu disampaikan Presiden merespons sikap Zulhas, sapaan akrab Zulkifli, yang meminta warga memilih anaknya saat kegiatan pembagian minyak goreng di Bandar Lampung baru-baru ini.

"Ya saya minta semua menteri fokus bekerja. Kalau Mendag yang paling penting urus seperti yang saya tugaskan kemarin, bagaimana menurunkan harga minyak goreng menjadi Rp 14.000 atau di bawah Rp 14.000," ujar Jokowi usai memberikan bantuan sosial kepada pedagang dan warga di Subang, Jawa Barat, Selasa (12/7/2022).

"Paling penting itu, tugas dari saya itu," lanjutnya memberikan penekanan.

Kepala negara pun menegaskan, perintah untuk fokus bekerja bukan hanya ditegaskan kepada Mendag Zulkifli Hasan saja, melainkan semua menteri di kabinet.

Jokowi juga menekankan supaya menteri-menteri yang tugasnya berkaitan dengan pangan dan energi harus lebih berkonsentrasi dalam bekerja.

"Semuanya harus fokus bekerja utamanya yang berkaitan dengan energi sama pangan. Itu penting, jadi saya urus terus urusan BBM. Berkaitan dengan energi, batu bara semuanya karena dunia terdisrubsi di energi dan pangan," jelas Jokowi.

"Jadi konsentrasi dan jangan sampai kita terpeleset di dua bidang ini," tambahnya.

Konsekuensi

Menurut Direktur Trias Politika Agung Baskoro, teguran Jokowi kepada Zulkifli Hasan sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari keputusan presiden dalam merombak kabinet.

Sebab Jokowi yang memutuskan mengangkat Zulkifli yang merupakan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) menjadi Menteri Perdagangan menggantikan Muhammad Lutfi.

"Sebenarnya hanya konsekuensi dari pilihan Presiden mengangkat menteri dari parpol. Apalagi Zulhas Ketum sebagaimana beberapa menteri lain yang juga Ketum," kata Agung saat dihubungi Kompas.com, Kamis (15/7/2022).

Dengan mengangkat menteri dari kalangan partai politik pendukung pemerintah, maka menurut Agung memang membuat Jokowi terkesan ingin menampung partai koalisi di kabinet.

Tentu saja jika para menteri yang berasal dari partai politik itu melakukan pelanggaran etika politik di tahun-tahun politik menjelang pemilihan umum dan pemilihan presiden, maka masyarakat juga pasti bakal bereaksi.

"Artinya jika dari hulu saja ada problem etik menyandera, tinggal menunggu waktu saja rentetan hal-hal lain yang bertentangan dengan nalar publik atau conflict of interest mengemuka," ucap Agung.

"Jika sudah demikian, maka Presiden mau tak mau harus intensif mengingatkan bila tak mau mengganti (reshuffle) menteri yang bersangkutan," lanjut Agung.

Risiko

Di sisi lain, menurut pakar psikologi politik dari Universitas Indonesia Hamdi Muluk, potensi pelanggaran etika dari para menteri di kabinet Indonesia Maju yang berasal dari partai politik adalah risiko yang harus ditanggung pemerintah.

"Ya ini risiko dari pluralisme democracy yang unconsolidated sebenarnya dari format demokrasi yang kita pilih, yang terjemahannya adalah multi partai yang ekstrem yang pecah-pecah (unconsolidated) alias sebenarnya fragmented," ujar Hamdi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (15/7/2022).

Menurut Hamdi, dengan pola koalisi dalam pemerintahan seperti maka setiap kelompok akan mencoba menyesuaikan dengan kepentingan masing-masing.

Apalagi partai politik yang ada saat ini menurut Hamdi tidak mempunyai basis ideologi yang kuat sebagai penentu untuk berkoalisi.

"Dia hanya dicoba dikonsolidasi dengan pola 'koalisi' yang tiap pemilu berubah-ubah pola dan aktornya. Sesuai kepentingan pragmatis aktor dalam hal ini partai politik saja. Tidak ada basis ideologis (plaftorm) yang bisa dipegang dalam setiap koalisi yang terjadi," ujar Hamdi.

Hamdi menilai pola seperti itu yang menjadi akar masalah di pemerintahan selepas era Reformasi.

Sebab Presiden, kata Hamdi, mencoba membentuk komposisi kabinet dengan hasil negosiasi dengan para partai pendukungnya yang juga mempunyai kepentingan masing-masing.

"Di mana akhirnya menteri yang berasal dari macam-macam partai itu kepentingan politiknya masing-masing, tidak terikat oleh koalisi pemerintahan sebenarnya," ucap Hamdi.

(Penulis Ardito Ramadhan | Editor Diamanty Meiliana)

https://nasional.kompas.com/read/2022/07/15/16394311/polemik-zulkifli-hasan-dan-risiko-jokowi-angkat-menteri-dari-parpol

Terkini Lainnya

Optimistis MK Diskualifikasi Gibran, Kubu Anies: Tak Ada Alasan untuk Tidak Pemungutan Suara Ulang

Optimistis MK Diskualifikasi Gibran, Kubu Anies: Tak Ada Alasan untuk Tidak Pemungutan Suara Ulang

Nasional
MK Diperkirakan Tak Akan Diskualifikasi Prabowo-Gibran

MK Diperkirakan Tak Akan Diskualifikasi Prabowo-Gibran

Nasional
Jadwal Terbaru Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024

Jadwal Terbaru Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024

Nasional
Dana Zizwaf Selama Ramadhan 2024 Meningkat, Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat

Dana Zizwaf Selama Ramadhan 2024 Meningkat, Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat

Nasional
MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

Nasional
Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Percepat Kinerja Pembangunan Infrastruktur, Menpan-RB Setujui 26.319 Formasi ASN Kementerian PUPR

Nasional
Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke