JAKARTA, KOMPAS.com - Wacana Partai Nasdem menduetkan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang mendapat respon beragam.
Nasdem beralasan bahwa duet Gubernur Jawa Tengah dan Gubernur DKI Jakarta itu dapat menjadi duet pemersatu, setelah sebelumnya masyarakat terpolarisasi pada Pemilu 2014 dan Pemilu 2019.
"Pak Surya Paloh udah beberapa kali menyampaikan itu," ucap Wakil Ketua Umum Partai Nasdem Ahmad Ali saat dihubungi Kompas.com, Senin (27/6/2022).
Mantan Ketua Fraksi Nasdem DPR itu mengungkapkan, pihaknya tak berambisi bahwa duet ini dapat diterima.
Namun, Nasdem disebut terus mendorong agar duet ini tercipta. Demi tujuan menjadikan Pemilu 2024 yang aman dan damai.
"Pilpres dua kali membuat perpecahan polarisasi begitu dalam dan nyata. Dan itu tidak bisa kita pungkiri, dan kita tidak bisa tutup mata dengan akses daripada pemilu yang terjadi dua kali terakhir ini," ujarnya.
Lantas, seperti apa partai politik menanggapi wacana duet tersebut:
1. Golkar
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia menilai wajar bila Surya Paloh berpandangan demikian.
"Ya karena itu disampaikan oleh ketua umum partai politik, ya Pak Surya Paloh, saya kira kan itu suatu wacana atau pernyataan yang menurut saya biasa saja," kata Doli di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin.
Meski begitu, ia mengatakan, setiap parpol memiliki kedaulatan dalam mengambil keputusan, kebijakan, dan strateginya masing-masing.
2. PDI-P
Ketua DPD PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat tak sepakat dengan usulan bahwa adanya duet figur-figur tertentu dapat mempersatukan bangsa.
Sebab, persatuan bangsa dinilai terjadi karena adanya persamaan pemahaman mengenai sebuah ideologi.
“Yang mempersatukan bangsa kita, sekali lagi ya itu bukan orang per orang lho, yang mempersatukan bangsa kita itu ideologi,” ujar Djarot saat ditemui di Gedung Pusat Edukasi AntiKorupsi KPK, Jakarta, Senin.
"Ideologi Pancasila itu lah yang mempersatukan bangsa kita, nilai-nilai dalam ideologi itulah yang mempersatukan bangsa kita,” ucapnya.
3. PSI
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menolak wacana duet pemersatu ala Surya Paloh itu.
Juru Bicara (Jubir) PSI Ariyo Bimo mengatakan, Anies tidak cocok menjadi calon wakil presiden untuk Ganjar.
Meski demikian, hingga kini PSI belum menentukan siapa kandidat presiden yang akan didukung pada pilpres mendatang.
Ia pun menyarankan agar para calon yang hendak maju di pilpres, lebih fokus menyelesaikan persoalan yang timbul akibat pandemi.
4. Demokrat
Koordinator Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menilai duet Ganjar-Anies bukanlah solusi untuk menghentikan polarisasi atau keterbelahan di masyarakat usai Pemilu 2014 dan 2019.
Menurut dia, ada tiga hal yang bisa menjadi solusi atas persoalan itu. Pertama, para elite politik harus memberikan contoh bagaimana menghargai perbedaan.
Kedua, para elite parpol harus terbiasa berkompetisi, bukan berupaya menghalangi munculnya calon lain dalam kontestasi pilpres.
Ketiga, menghentikan penyebaran politik kebencian, framing dan labeling yang bernada negatif pada kubu lawan dalam kontestasi Pemilu.
5. Respons Ganjar
Sementara itu, Ganjar turut angkat bicara soal wacana duet ini. Gubernur Jawa Tengah ini memilih menanggapi santai wacana itu.
"Lha, aku duet karo bojoku (lah saya duet sama istriku)," kata Ganjar di CFD Solo, Minggu (26/6/2022).
Terkait wacana tersebut, Ketua DPC PDI-P Solo FX Hadi Rudyatmo alias Rudy menegaskan bahwa partainya menunggu keputusan resmi dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri terkait capres yang akan diusung.
"Kalau saya tetap tegak lurus dengan Ketua Umum (Megawati Soekarnoputri)," kata Rudy di Solo, Jawa Tengah, Minggu.
Sementara itu, hingga kini Anies belum memberikan respons terkait wacana gagasan Surya Paloh tersebut.
https://nasional.kompas.com/read/2022/06/28/09464951/respons-pdi-p-hingga-golkar-soal-wacana-duet-ganjar-anies