Daya tarik itu muncul tak hanya usai Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 15-17 Juni 2022 yang menghasilkan tiga kandidat calon presiden (capres) yang bakal diusung parpol besutan Surya Paloh itu.
Adapun ketiga tokoh itu adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ganjar Pranowo dan Panglima TNI Andika Perkasa.
Sebelum rakernas itu, Partai Nasdem memang telah dilirik dan dikunjungi oleh sejumlah pimpinan parpol.
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan jajarannya mengunjungi Nasdem Tower, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat pada 3 Maret 2022.
Disusul dengan pertemuan pertama antara Surya dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) 29 Maret 2022.
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto pun menemui Surya dalam momen Hari Kelahiran Pancasila yang jatuh 1 Juni 2022.
Hasil Rakernas sebagai pemikat
Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi menilai, daya pikat Partai Nasdem terletak pada tiga kandidat capres yang bakal diusung berdasarkan hasil Rakernas.
Ari berpandangan, Partai Nasdem dapat menjadi mitra koalisi, khususnya untuk parpol oposisi seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat.
“Nasdem bisa menjadi sekoci penyelamat dari Demokrat dan PKS yang masih ‘jomblo’,” papar Ari pada Kompas.com, Jumat (24/6/2022).
Alasannya, PKS tak punya sosok capres, sementara sosok AHY yang ingin diusung Partai Demokrat elektabilitasnya tak menyaingi dua kandidat capres Partai Nasdem yakni Anies dan Ganjar.
Di sisi lain, dua parpol itu pun telah melakukan komunikasi politik dengan Surya usai keputusan pengusungan tiga kandidat capres tersebut.
Presiden PKS Ahmad Syaikhu berjumpa dengan Surya di Nasdem Tower pada Rabu (22/6/2022), sedangkan AHY kembali berkunjung ke Gondangdia sehari setelahnya, yakni Kamis (23/6/2022).
Belum pikat PDI Perjuangan
Meski telah dikunjungi sejumlah elite parpol, daya tarik Partai Nasdem belum "memikat" PDI Perjuangan.
Pasalnya, elite partai berlambang banteng itu tampaknya belum melakukan pertemuan politik dengan Surya Paloh baik sebelum maupun usai Rakernas.
Padahal, Partai Nasdem turut mengusung Ganjar yang merupakan kader PDI Perjuangan sebagai kandidat capres.
Pada interview-nya di program Satu Meja The Forum Kompas TV, Kamis (24/6/2022), Surya justru menyiratkan adanya kerenggangan hubungan antara Partai Nasdem dengan PDI Perjuangan usai pengusungan Ganjar.
Maka, ia ingin mengupayakan komunikasi yang baik antara dua parpol tersebut dan tak ingin keretakan hubungan terjadi.
“Saya berharap tidak (renggang). Sayang sebenarnya, artinya kenapa saya katakan sayang, modal perjuangan cukup panjang kenapa harus diakhiri salah pemahaman, salah pengertian?” tutur Surya.
Ia menegaskan, sejak awal tak berniat membajak Ganjar dari PDI Perjuangan.
Sebaliknya, Surya menilai bahwa Ganjar adalah sosok yang potensial sebagai capres dan untuk menentukan calon pemimpin bangsa, sebuah parpol harus mengesampingkan kepentingan internalnya.
Artinya, lanjut Surya, figur potensial boleh diusung oleh parpol mana pun meski dia bukan kader parpol tersebut.
“Memang dalam pandangan, pikiran Nasdem, kalau kita memilih calon pemimpin bangsa dia bebas terikat dari batasan, katakanlah miliknya partai, itu pemahaman kita,” ungkapnya.
Upaya saling sindir
Kerenggangan hubungan Partai Nasdem dan PDI Perjuangan diduga nampak dari saling sindir kedua pucuk pimpinan partai tersebut.
Ketua Umum Megawati Soekarnoputri sempat menyentil pihak yang menyebutnya sombong.
Ia mengaku heran pada pihak-pihak yang menudingnya bersikap angkuh.
“Ada orang mengatakan Ibu Mega sombong banget ya. Karena ada juga yang mengatakan ‘ada sebuah partai sombong sekali’,” sebutnya dalam Rakernas PDI Perjuangan di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (21/6/2022).
Pidato Mega itu kemudian banyak dihubungkan dengan pidato Surya yang sempat menyebut adanya parpol sombong pada pidato penutupnya di Rakernas Partai Nasdem di Jakarta Convention Center (JCC) Jumat (17/6/2022).
Kala itu Surya meminta agar seluruh kadernya di Indonesia tak bersikap angkuh dalam melakukan persiapan jelang Pemilu 2024.
“Harus bisa jaga komunikasi kepada seluruh komponen masyarakat secara lebih bijak, lebih luwes, buang praktik kesombongan, merasa hebat sendiri, merasa paling mantap, itu bukan Nasdem,” imbuh Surya.
Untuk diketahui, hanya PDI Perjuangan parpol yang dapat mengusung capres dan cawapresnya sendiri tanpa berkoalisi dengan parpol lainnya pada Pemilui 2024.
Sebab hanya PDI Perjuangan yang memenuhi ambang batas pengajuan capres dan cawapres sesuai dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017.
Dalam Pasal 22 UU Pemilu dijelaskan, pasangan calon dapat diusulkan oleh parpol atau gabungan parpol peserta pemilu yang memenuhi syarat perolehan minimal 20 persen kursi di DPR atau memperoleh 25 persen suara sah nasional dalam pemilu anggota DPR sebelumnya.
Jika dikalkulasikan maka 20 persen dari total kursi di DPR yaitu 575 adalah 115 kursi. Artinya untuk mengusung capres-cawapres, parpol atau gabungan parpol minimal memiliki 115 kursi di Senayan.
Sedangkan PDI Perjuangan mengantongi 27.503.961 atau 19,33 persen suara di Pileg 2019. Jika dikonversikan angka itu setara dengan 128 kursi DPR RI.
Itulah alasannya partai pimpinan Mega itu dapat mengikuti kontestasi Pilpres 2024 tanpa berkoalisi dengan parpol lainnya.
https://nasional.kompas.com/read/2022/06/27/10561031/magnet-partai-nasdem-yang-belum-memikat-pdi-p