Salin Artikel

Belum Ada Capres, Koalisi Indonesia Bersatu Dinilai Mungkin "Layu Sebelum Berkembang"

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam menilai, soliditas Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) hingga kini masih cair meski telah dilakukan penandatangan nota kesepahaman.

Belum adanya nama calon presiden yang akan diusung KIB dinilai menjadi penyebab rapuhnya koalisi yang diusung oleh Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu.

Menurut Umam, sangat mungkin satu atau dua partai hengkang dari KIB sebelum gelaran Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 dimulai.

"Ibarat kata, KIB ini sangat memungkinkan 'layu sebelum berkembang' atau 'cerai sebelum menikah'," kata Umam kepada Kompas.com, Senin (6/6/2022).

Umam berpandangan, penandatanganan nota kesepahaman KIB tak menjamin gerbong koalisi ini akan solid hingga 2024.

Belajar dari Perjanjian Batutulis antara PDI Perjuangan dan Partai Gerindra pada 2009, terbukti bahwa akta perjanjian di atas kertas tidak mampu mengendalikan arah manuver partai.

Menurut Umam, bersatunya partai-partai dalam koalisi lebih mempertimbangkan dinamika dan kalkulasi kepentingan ekonomi-politik.

Oleh karenanya, selama belum ada nama capres yang jelas akan diusung, KIB dinilai sangat mungkin bubar sebelum pilpres dimulai.

"Arah kepemimpinan koalisi ini masih belum jelas, mengingat pemilih Indonesia lebih mempertimbangkan kualitas tokoh capres daripada platform, visi dan misi partai-partai politik pengusungnya," ujar Umam.

Lebih lanjut, Umam berpandangan, kemunculan KIB menegaskan terjadinya perpecahan di internal koalisi pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini.

Dengan sinyal-sinyal yang dikirimkan, Jokowi tampak ingin mendorong Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam kontestasi Pilpres 2024.

Di sisi lain, ada arus politik kuat di internal elite dan kader PDI-P di Jawa Tengah yang menolak pencapresan Ganjar dan memilih mendorong pencalonan Ketua DPP PDI-P yang juga putri mahkota partai, Puan Maharani.

Penolakan ini di antaranya ditunjukkan oleh loyalis Puan seperti Bambang Wuryanto dan Trimedya Panjaitan yang belakangan terang-terangan mengritik ambisi Ganjar di pilpres.

Kehadiran KIB, lanjut Umam, seolah menjadi sekoci yang sengaja dibangun Jokowi untuk mengantarkan Ganjar menuju panggung Pilpres 2024, utamanya jika PDI-P menolak pencalonan Gubernur Jawa Tengah itu.

"Dalam konteks ini, ada benturan kepentingan yang serius antara PDI-P di bawah kepemimpinan Megawati Soekarnoputri dengan Presiden Jokowi bersama partai-partai anggota KIB laiknya Golkar, PAN, dan PPP," kata Umam.

"Dengan kata lain, KIB merupakan 'kendaraan perang' Presiden Jokowi, untuk berhadapan dengan arus kekuatan politik PDI-P, jika suatu saat tidak mencalonkan Ganjar di Pilpres 2024," tutur dosen Universitas Paramadina itu.

Adapun Koalisi Indonesia Bersatu dideklarasikan Partai Golkar, PAN, dan PPP pada 12 Mei 2022. KIB menandatangani nota kesepahaman pembentukan koalisi pada Sabtu (4/6/2022).

KIB berkomitmen untuk bekerja sama di pilpres mendatang. Namun, koalisi itu mengaku terbuka jika partai lain hendak bergabung.

Hingga kini, KIB juga belum mengumumkan nama calon presiden (capres) yang akan mereka usung. KIB mengaku terbuka pada semua nama, bahkan di luar kader Golkar, PAN, maupun PPP.

“Koalisi Indonesia Bersatu tidak alergi (usung capres) dari luar koalisi sepanjang memenuhi hal-hal yang kita sepakati secara bulat,” kata Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa dalam acara Silaturahmi Nasional KIB di Senayan, Jakarta, Sabtu.

https://nasional.kompas.com/read/2022/06/06/16314611/belum-ada-capres-koalisi-indonesia-bersatu-dinilai-mungkin-layu-sebelum

Terkini Lainnya

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Sejarah Hari Bhakti Pemasyarakatan 27 April

Nasional
Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 26 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Golkar Ungkap Faktor Keadilan Jadi Rumusan Prabowo Bentuk Komposisi Kabinet

Nasional
Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Soal Gugatan PDI-P ke PTUN, Pakar Angkat Contoh Kasus Mulan Jameela

Nasional
Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Prabowo: Kami Akan Komunikasi dengan Semua Unsur untuk Bangun Koalisi Kuat

Nasional
PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

PDI-P Minta Penetapan Prabowo-Gibran Ditunda, KPU: Pasca-MK Tak Ada Pengadilan Lagi

Nasional
Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Sedang di Yogyakarta, Ganjar Belum Terima Undangan Penetapan Prabowo-Gibran dari KPU

Nasional
Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Pakar Nilai Gugatan PDI-P ke PTUN Sulit Dikabulkan, Ini Alasannya

Nasional
Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Airlangga Klaim Pasar Respons Positif Putusan MK, Investor Dapat Kepastian

Nasional
PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

PDI-P Sebut Proses di PTUN Berjalan, Airlangga Ingatkan Putusan MK Final dan Mengikat

Nasional
Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Golkar Belum Mau Bahas Jatah Menteri, Airlangga: Tunggu Penetapan KPU

Nasional
Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Prabowo: Kami Berhasil di MK, Sekarang Saatnya Kita Bersatu Kembali

Nasional
Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Kepala BNPT: Waspada Perkembangan Ideologi di Bawah Permukaan

Nasional
KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

KPK Dalami 2 LHKPN yang Laporkan Kepemilikan Aset Kripto, Nilainya Miliaran Rupiah

Nasional
Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Pertamina dan Polri Jalin Kerja Sama dalam Publikasi untuk Edukasi Masyarakat

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke