Salin Artikel

Utak-atik Poros Koalisi Jelang Pemilu 2024, Mungkinkah Munculkan 3 Capres?

JAKARTA, KOMPAS.com - Suhu politik menuju Pemilu 2024 terus mengalami eskalasi.

Memang, pemungutan suara baru akan digelar 14 Februari 2024. Namun, persaingan satu tokoh politik dengan lainnya sudah mulai kentara.

Antara satu partai dengan lainnya saling melirik, menimbang partai mana yang paling menguntungkan jika dijadikan rekan koalisi.

Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) gerak cepat. Ketiganya menjadi yang pertama mengumumkan lahirnya koalisi partai yang mereka namakan Indonesia Bersatu.

Dengan terbentuknya koalisi itu, diprediksi bakal muncul 3 poros di Pemilu Presiden 2024.

Lantas, poros mana sajakah itu? Bagaimana kans masing-masing poros untuk memenangkan "pertempuran"?

Koalisi Indonesia Bersatu

Koalisi Indonesia Bersatu terbentuk usai Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, dan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa bertemu pada Kamis (12/5/2022).

Airlangga mengakui bahwa dalam pertrmuan itu partainya menjajaki koalisi dengan PAN dan PPP untuk Pemilu 2024.

"Tentunya kita akan bekerja sama ke depan untuk mengawal agenda-agenda politik ke depan, termasuk dalam pemilu nanti di 2024," kata Airlangga usai pertemuan.

"Tentu kita akan juga membuat program ke depan yang akan melanjutkan program-program strategis dari Bapak Presiden Jokowi," tuturnya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu mengatakan, kerja sama tersebut akan berlanjut hingga tingkat daerah.

Dia pun menginstruksikan seluruh jajaran Partai Golkar di tingkat provinsi, kabupaten, dan kota untuk bergandengan dengan PAN dan PPP dalam mengawal agenda politik.

Dalam kesempatan yang sama, Zulkifli Hasan tak menampik bahwa partainya bersama Golkar dan PPP berniat berkoalisi di Pilpres 2024.

"Insya Allah," kata Zulhas, sapaan akrab Zulkifli Hasan.

Pernyataan serupa juga disampaikan Suharso Monoarfa. Dia mengatakan, baik PPP, Golkar, maupun PAN masih membuka kesempatan bagi partai-partai politik lain untuk bergabung.

"Kemungkinan nambah pasti lah," kata Suharso.

Usai pertemuan, ketiga partai mengumumkan Koalisi Indonesia Bersatu, menyatukan Golkar, PAN, dan PPP.

“Dengan visi partai yang dimilikinya dan berbagai pengalaman politik, kesemuanya bersepakat untuk menyatukan diri membangun koalisi yang disebut Koalisi Indonesia Bersatu,” kata Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily dalam keterangannya, Jumat (13/5/2022).

Menurut Ace, ketiga partai sepakat untuk mengakhiri politik identitas yang menimbulkan polarisasi di masyarakat seperti yang terjadi di Pilpres 2014 dan 2019.

“Kami ingin pemilu menjadi ajang kontestasi ide, gagasan, track record, dan prestasi. Kesempatan untuk saling membuktikan diri mana yang terbaik di antara para peserta kontestasi,” tuturnya.

3 poros

Diumumkannya Koalisi Indonesia Bersatu mendapat perhatian dari partai-partai politik lainnya. Wakil Ketua Umum Bidang Pemenangan Pemilu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid misalnya, menyambut positif koalisi tersebut.

Menurut dia, bersatunya ketiga partai menjadi bagian dari mencari alternatif calon presiden (capres) untuk dipilih masyarakat.

”Tentu kami mengapresiasi pertemuan tiga partai. Ini bagian dari mencari alternatif-alternatif untuk masyarakat," kata Jazilul dalam siaran persnya pada Sabtu (14/5/2022).

Dengan munculnya koalisi ini, diprediksi akan ada 3 poros dalam Pilpres 2024, tidak lagi dua seperti Pilpres 2014 dan Pilpres 2019.

"Dan kami berharap di Pilpres 2024, jangan dua pasangan, minimal tiga pasangan," ucapnya.

Jazilul mengatakan, PKB sangat terbuka bergabung dengan koalisi mana pun, termasuk yang dibangun Golkar, PPP, dan PAN.

Sebab, sebelumnya, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar juga sudah menjalin komunikasi dengan Airlangga Hartarto dan sejumlah parpol lain. Hanya saja, hingga kini PKB belum menentukan sikap.

”Gus Muhaimin sudah berkomunikasi dengan Pak Airlangga dan juga dengan parpol lain, tetapi untuk tiga parpol yang berkumpul kemarin, PKB belum memastikan sikapnya, apakah bareng-bareng atau nanti membangun koalisi yang lain,” tutur Wakil Ketua MPR ini.

Utak-atik poros politik

Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi berpendapat, konstelasi politik semakin cair usai terbentuknya Koalisi Indonesia Bersatu.

Namun demikian, koalisi ini menegaskan bahwa tiga parpol sedang mengalami paceklik tokoh yang hendak "dijual".

Sebab, sebagaimana hasil survei berbagai lembaga, tak ada tokoh Golkar, PAN, maupun PPP yang elektabilitasnya mentereng.

"Istilahnya perahunya ada, tetapi kosong isi muatannya. Sehingga mereka menawarkan diri jika ada tokoh yang bisa menggunakan perahu," kata Ari kepada Kompas.com, Sabtu (14/5/2022).

Menurut Ari, fatsun politik yang ideal terbentuk yakni bersatunya kekuatan nasionalis dan nahdliyin. Ini direpresentasikan jika PDI Perjuangan dan PKB berkoalisi.

Seandainya demikian, maka sisa-sisa partai yang ada harus membuat koalisi untuk mengusung calon presiden.

Sebetulnya, kata Ari, pembentukan koalisi-koalisi partai ditentukan oleh sikap akhir PDI-P sebagai satu-satunya partai yang bisa mengajukan capres-cawapres sendiri.

Jika PDI-P mengusung Ketua DPP partai yang juga Ketua DPR RI Puan Maharani, maka partai berlambang banteng itu kemungkinkan akan "berbesan" dengan Gerindra.

"Gerindra sendiri sudah final mengajukan nama ketua umumnya, Prabowo Subianto," ucap Ari.

Di luar itu, menurut Ari, PDI-P hampir tidak mungkin menjalin kerja sama dengan Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Sebab, Demokrat sudah harga mati dengan nama capres ketua umumnya sendiri, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Sebaliknya, nama AHY kurang menjual jika dibandingkan dengan Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, atau Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Demokrat sendiri telah menunjukkan berbagai manuver dengan rajin bersilaturahmi ke tokoh atau partai lain, seperti membuka komunikasi dengan Anies Baswedan atau Golkar.

"Sebaliknya, Ganjar Pranowo yang terlalu seksi dalam blantika capres pasti akan diperebutkan oleh partai-partai lain," ujar Ari.

Di sisi lain, PKB tengah menghadapi dilema mengingat elektabilitas ketua umumnya, Muhaimin Iskandar, yang stagnan dan konfliknya dengan PBNU yang semakin tajam.

Oleh karenanya, menurut Ari, PKB bisa jadi bergabung bersama Gerindra atau malah merapat ke Koalisi Indonesia Bersatu.

Terakhir, Nasdem yang jeli melihat peluang kemungkinan besar akan menggandeng Anies Baswedan, atau Ganjar Pranowo, atau Andhika Prakasa sebagai capres unggulan.

Dengan kecenderungan ini, Ari berpendapat, akan muncul 3 poros di 2024 seandainya Ganjar Pranowo tak diakomodasi oleh partainya sendiri.

Pertama, poros capres-cawapres Prabowo Subianto-Puan Maharani yang disokong Gerindra dan PDI-P, dan mungkin saja  PKB. Pada poros ini, PDI-P harus legowo nama Puan ditempatkan di kursi calon wakil presiden.

Poros kedua, Ganjar Pranowo-AHY yang didukung Demokrat, PKS, dan Nasdem dengan satu partai lain. Dengan perolehan ketiga suara partai yang sedang-sedang saja, kata Ari, koalisi ini perlu usaha besar untuk memenangkan pertarungan.

"Makanya dia harus menggaet partai lain agar bisa menggenapi suara," tuturnya.

Poros terakhir yakni Koalisi Indonesia Bersatu yang kini telah dibentuk Golkar, PAN, dan PPP yang mungkin mengusung nama Ganjar Pranowo-Airlangga Hartarto.

Kendati demikian, prediksi barulah prediksi. Masih ada lebih dari 1,5 tahun lagi bagi partai untuk saling menjajaki dan menimbang calon mana yang akan mereka yakini dapat unggul di pertempuran di 2024.

https://nasional.kompas.com/read/2022/05/15/06462821/utak-atik-poros-koalisi-jelang-pemilu-2024-mungkinkah-munculkan-3-capres

Terkini Lainnya

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-Serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-Serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke