Salin Artikel

Profil Ketua Umum Partai Demokrat: dari Subur Budhisantoso hingga AHY

JAKARTA, KOMPAS.com - Lebih dari dua dekade Partai Demokrat meramaikan panggung politik Indonesia.

Partai berlambang bintang mercy itu mendeklarasikan diri pada 17 Oktober 2002 setelah melalui serangkaian proses yang panjang.

Nama Demokrat begitu gemilang di era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Partai itulah yang mengantarkan SBY ke tampuk tertinggi pemerintahan.

SBY pernah menjabat ketua umum Partai Demokrat. Namun, selain dia, sejumlah tokoh juga pernah mengisi kursi pimpinan tertinggi partai tersebut.

Mereka yakni Subur Budhisantoso, Hadi Utomo, Anas Urbaningrum, dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Berikut profil ketua umum Partai Demokrat dari masa ke masa.

1. Subur Budhisantoso

Lahir di Garut, 27 Agustus 1937, Subur Budhisantoso dikenal sebagai politikus dan pakar antropologi politik. Ia merupakan salah satu pendiri Partai Demokrat.

Subur menjadi satu dari sejumlah tokoh yang mendaftarkan Demokrat ke Departemen Kehakiman dan HAM RI pada 10 September 2001.

Pada 25 September 2001, terbit Surat Keputusan Menteri Kehakiman dan HAM Nomor M.MU.06.08.-138 tentang Pendaftaran dan Pengesahan Partai Demokrat. Melalui surat keputusan tersebut, Demokrat resmi menjadi salah satu partai politik di Indonesia.

Dalam akta pendirian Partai Demokrat yang ditandatangani pada 9 September 2001, Subur tercatat sebagai ketua umum Demokrat. Jabatan itu ia emban selama kurang lebih 4 tahun hingga 23 Mei 2005.

Setelah tak menjabat sebagai ketum partai, Subur sempat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di era SBY, yakni selama April 2007 hingga Januari 2010.

2. Hadi Utomo

Setelah Subur, kursi pimpinan tertinggi Demokrat diisi oleh Hadi Utomo. Ia menjabat sejak 23 Mei 2005.

Hadi merupakan seorang purnawirawan TNI dengan pangkat terakhir kolonel. Melansir laman resmi Demokrat, Hadi lulus dari Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) pada 1970.

Hadi tidak lain merupakan ipar dari SBY. Istrinya adalah Mastuti Rahayu, adik kandung Ani Yudhoyono.

Saat menjabat sebagai ketua umum Demokrat, Hadi juga menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Ia duduk di kursi Parlemen selama 1 Oktober 2004 hingga 1 Oktober 2009.

Hadi memimpin demokrat selama 5 tahun yakni hingga 23 Mei 2010.

Ia mengembuskan napas terakhir pada 15 Januari 2017 dalam usia 72 tahun.

3. Anas Urbaningrum

Nama Anas Urbaningrum tak asing di kancah politik. Sebelum terjun ke patai, Anas merupakan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI.

Ia dilantik Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada 24 April 2001 sebagai komisioner KPU periode 2001-2005.

Namun, usai penyelenggaraan Pemilu 2004, tepatnya 8 Juni 2005, Anas mengundurkan diri dari KPU. Tak lama ia bergabung dengan Demokrat.

Di internal Demokrat, pria kelahiran 15 Juli 1969 itu langsung dipercaya sebagai ketua bidang politik dan otonomi daerah.

Melalui Pemilu 2009, Anas terpilih menjadi anggota DPR RI. Oleh partainya, dia ditunjuk menjadi ketua Fraksi Demokrat di DPR.

Namun, jabatan sebagai anggota DPR Anas tinggalkan pada 23 Juli 2010 lantaran ia terpilih sebagai ketua umum Partai Demokrat pada 23 Mei 2010.

Belum genap 3 tahun menjabat, Anas terjerat kasus korupsi. Ia pun menyatakan keluar dari Demokrat pada 23 Februari 2013.

4. Susilo Bambang Yudhoyono

Lepas dari Anas, kursi ketua umum Demokrat jatuh ke tangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ketika itu, SBY masih menjabat sebagai Presiden RI periode kedua.

Sebelum menjadi presiden, SBY lama berkarier di militer. Ia lulus dari Akabri pada 1973.

Adapun karier politik SBY bermula ketika ia dipercaya menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi pada pemerintahan Gus Dur. Saat itu, 27 Januari 2000, SBY memutuskan untuk pensiun lebih dini dari militer.

Tak lama, Gus Dur menunjuknya untuk menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan (Menkopolsoskam).

Memasuki era Kabinet Gotong Royong pimpinan Megawati Soekarnoputri, SBY dipercaya sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan. Jabatan itu SBY emban hingga 11 Maret 2004, sebelum akhirnya mundur.

Pada tahun yang sama, SBY mencalonkan diri sebagai presiden dengan didampingi Jusuf Kalla sebagai wakil. Ia berhasil memenangkan Pemilu 2004 dan mengalahkan Megawati-Hasyim Muzadi.

SBY berhasil menjadi presiden dua periode dengan memenangkan Pemilu 2009 berpasangan dengan Boediono.

SBY secara resmi melepas kursi R1 pada 20 Oktober 2014 dan digantikan Joko Widodo.

Setelah tak menjabat presiden, SBY masih aktif berpolitik. Ia menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat selama 30 Maret 2013 hingga 15 Maret 2020.

Lepas dari kursi ketua umum, SBY dipercaya menjadi Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat.

4. Agus Harimurti Yudhoyono

Selanjutnya, kepemimpinan Demokrat beralih ke putra sulung SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Sama seperti sang ayah, pria kelahiran Bandung, 10 Agustus 1978 itu menempuh karier di bidang militer setelah tamat sekolah menangah atas.

Sejumlah karier militer pernah AHY jalani. Jabatan terakhirnya yakni Komandan Batalyon (Danyon) Infanteri Mekanis 203/Arya Kemuning.

AHY mengakhiri karier militernya pada September 2016 dengan pangkat mayor. Ketika itu ia diusung Partai Demokrat menjadi calon gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017.

Berpasangan dengan Sylviana Murni, AHY harus menelan kekalahan. Suaranya tak lebih banyak dari pasangan calon Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Syaiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

Gagal di Pilkada 2017, AHY ditunjuk partainya menjadi komandan satuan tugas bersama Partai Demokrat di Pilkada 2018 dan Pemilu 2019.

Kariernya makin moncer hingga terpilih secara aklamasi sebagai ketua umum Demokrat masa bakti 2020–2025 pada tanggal 15 Maret 2020 dalam Kongres ke-V Partai Demokrat.

https://nasional.kompas.com/read/2022/04/26/20295591/profil-ketua-umum-partai-demokrat-dari-subur-budhisantoso-hingga-ahy

Terkini Lainnya

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Nasional
Sejauh Mana 'Amicus Curiae' Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Sejauh Mana "Amicus Curiae" Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Nasional
Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Alasan Prabowo Larang Pendukungnya Aksi Damai di Depan MK

Nasional
TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

TKN Prabowo Sosialisasikan Pembatalan Aksi di MK, Klaim 75.000 Pendukung Sudah Konfirmasi Hadir

Nasional
Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Tak Berniat Percepat, MK Putus Sengketa Pilpres 22 April

Nasional
Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Prabowo Klaim Perolehan Suaranya yang Capai 58,6 Persen Buah dari Proses Demokrasi

Nasional
Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 'Amicus Curiae'

Hakim MK Hanya Dalami 14 dari 33 "Amicus Curiae"

Nasional
Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangkan Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Dituduh Pakai Bansos dan Aparat untuk Menangkan Pemilu, Prabowo: Sangat Kejam!

Nasional
Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Sebut Pemilih 02 Terganggu dengan Tuduhan Curang, Prabowo: Jangan Terprovokasi

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | 'Amicus Curiae' Pendukung Prabowo

[POPULER NASIONAL] Anggaran Kementan untuk Bayar Dokter Kecantikan Anak SYL | "Amicus Curiae" Pendukung Prabowo

Nasional
Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Prabowo Minta Pendukung Batalkan Aksi di MK

Nasional
Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Gagal ke DPR, PPP Curigai Sirekap KPU yang Tiba-tiba Mati Saat Suara Capai 4 Persen

Nasional
Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Respons PDI-P soal Gibran Berharap Jokowi dan Megawati Bisa Bertemu

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

GASPOL! Hari Ini: Keyakinan Yusril, Tinta Merah Megawati Tak Pengaruhi MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke