Salin Artikel

Mayoritas Publik Tak Puas dengan KPK Karena Kinerja Dewas

JAKARTA, KOMPAS.com - Mayoritas publik merasa tidak puas dengan kinerja Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), jika melihat hasil survei yang dilaksanakan Litbang Kompas pada 22-24 Februari lalu.

Berdasarkan survei terhadap 506 responden di 34 provinsi, 48,2 persen publik menyatakan ketidakpuasannya terhadap kinerja Lembaga Antirasuah itu. Dari hasil survei, penyebab ketidakpuasan terbesar yakni akibat kinerja Dewan Pengawas (Dewas) KPK, yang dinilai tidak optimal (34,3 persen).

Menurut peneliti Pusat Studi Antikorupsi Universitas Gadjah Mada (UGM) Zaenur Rohman, nama-nama besar di dalam Dewas KPK tak bisa menjamin bahwa kinerja Dewas akan menjadi baik.

“Meski diiisi nama-nama besar kinerja Dewas sangat buruk. Misalnya dalam memutus Lili Pintauli Siregar, (sikap) Dewas sangat lembek,” tuturnya pada Kompas.com, Senin (21/3/2022).

Lili sebelumnya dinyatakan bersalah melakukan pelanggaran kode etik berat karena berkomunikasi dengan mantan Wali Kota Tanjungbalai, M Syahrial, yang tengah berperkara di KPK.

Dalam putusannya, Dewas KPK menjatuhkan sanksi berupa pemotongan gaji pokok sebesar 40 persen selama 12 bulan kepada Lili. Namun, putusan itu dinilai terlalu ringan.

“Seharusnya Dewas memecat Lili, karena telah berkomunikasi dengan pihak beperkara,” ucapnya.

Ia pun pesimistis KPK di bawah kepemimpinan Firli Bahuri akan berbenah.

“Kecil kemungkinan pimpinan KPK mau berubah. Satu-satunya harapan saya adalah tahun depan mereka tidak lagi terpilih,” imbuh dia.

Selain putusan terhadap Lili, saat ini ada dua laporan yang tengah masuk ke Dewas KPK.

Pertama, laporan Akademi Jurnalistik Lawan Korupsi (AJLK) 2020 terkait pemberian penghargaan kepada istri Firli, Ardina Safitri sebagai pencipta himne dan mars KPK.

Kedua, laporan IM57+ Instute terkait SMS blast dari KPK pada masyarakat yang diduga digunakan Firli untuk kepentingan pribadi.

Penyebab lain

Selain kinerja Dewas, ada sejumlah hal lain yang membuat kinerja KPK dinilai merosot oleh publik. 

Beberapa hal tersebut yakni merosotnya jumlah operasi tangkap tangan (OTT) oleh KPK (26,7 persen), banyak hal kontroversi di tubuh KPK (18,7 persen), serta citra pimpinan KPK (11,1 persen).

Untuk diketahui, pengumpulan data survei ini dilakukan dengan cara sambungan telepon terhadap responden.

Sampel ditentukan secara acak dari responden panel Litbang Kompas sesuai proporsi jumlah penduduk di tiap provinsi.

Metode ini memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dan nirpencuplikan penelitian atau margin of error 4,36 persen.

https://nasional.kompas.com/read/2022/03/21/14180681/mayoritas-publik-tak-puas-dengan-kpk-karena-kinerja-dewas

Terkini Lainnya

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya 'Copy Paste', Harus Bisa Berinovasi

Kumpulkan 777 Komandan Satuan, KSAD: Jangan Hanya "Copy Paste", Harus Bisa Berinovasi

Nasional
Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Bertemu Pratikno, Ketua Komisi II DPR Sempat Bahas Penyempurnaan Sistem Politik

Nasional
Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Waketum Nasdem Mengaku Dapat Respons Positif Prabowo soal Rencana Maju Pilkada Sulteng

Nasional
Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Bertemu Komandan Jenderal Angkatan Darat AS, Panglima TNI Ingin Hindari Ketegangan Kawasan

Nasional
5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

5.791 Personel Polri Dikerahkan Amankan World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Golkar Buka Suara soal Atalia Praratya Mundur dari Bursa Calon Walkot Bandung

Nasional
Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Komisi II DPR Ungkap Kemungkinan Kaji Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

Nasional
PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin 'Gemoy'

PKB-Nasdem Merapat, Koalisi Prabowo Diprediksi Makin "Gemoy"

Nasional
Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Golkar Sedang Jajaki Nama Baru untuk Gantikan Ridwan Kamil di Pilkada DKI Jakarta

Nasional
DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

DPR Segera Panggil KPU untuk Evaluasi Pemilu, Termasuk Bahas Kasus Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari

Nasional
Sinyal 'CLBK' PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Sinyal "CLBK" PKB dengan Gerindra Kian Menguat Usai Nasdem Dukung Prabowo-Gibran

Nasional
Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Jadi Presiden Terpilih, Prabowo Tidak Mundur dari Menteri Pertahanan

Nasional
Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Polri: Hingga April 2024, 1.158 Tersangka Judi Online Berhasil Ditangkap

Nasional
Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Ganjar Bilang PDI-P Bakal Oposisi, Gerindra Tetap Ajak Semua Kekuatan

Nasional
Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasdem Resmi Dukung Prabowo-Gibran, Elite PKS dan PKB Bertemu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke