JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat media sosial sekaligus pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi mengatakan netizen Indonesia harus bersikap ragu dan memperkaya wawasan untuk memilah informasi yang beredar sangat cepat terkait konflik Rusia-Ukraina di dunia maya.
Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) kemarin menyampaikan supaya warganet Indonesia untuk tidak berpihak kepada siapapun di dunia maya terkait dengan peperangan antara kedua negara itu.
Mereka meminta agar aktivitas di ruang siber masyarakat selaras dengan sikap politik Indonesia, yaitu bebas aktif, netral, dan tidak terjebak dalam situasi konflik di dunia maya.
Fahmi mengatakan, dalam situasi peperangan itu, misinformasi bisa berasal dari kedua belah pihak, termasuk media dunia maya yang pro Rusia atau Ukraina.
Menurut Fahmi, ada cara yang kerap dia gunakan dalam memahami informasi secara utuh terkait sebuah konflik bersenjata. Pertama, kata dia, adalah warganet patut membaca komentar dari netizen lain terkait sebuah unggahan informasi.
"Jadi netizen itu harus punya sikap skeptis. Nah biasanya kalau ada misinformasi suka ada netizen yang mengingatkan bahwa berita itu tidak tepat, atau peristiwa itu terjadi di tempat lain tetapi seakan-akan terjadi di tempat itu atau jangan-jangan itu berita lama," ujar Fahmi kepada Kompas.com, Selasa (8/3/2022).
Langkah selanjutnya yang harus dilakukan warganet Indonesia terkait misinformasi dalam perang Rusia-Ukraina menurut Fahmi adalah mencari dari berbagai sumber pemberitaan.
Dia menyarankan warganet membandingkan pemberitaan terkait sebuah peristiwa dari beberapa media dari kedua sisi melalui Google.
Menurut dia cara seperti itu cukup efektif untuk memberi pemahaman yang utuh supaya warganet tidak terjebak dalam misinformasi terkait sebuah konflik.
"Warganet jangan langsung percaya dengan sebuah informasi dari dunia maya terkait hal itu," ucap Fahmi.
Secara terpisah, BSSN meminta masyarakat mewaspadai potensi serangan siber sebagai dampak dari konflik Rusia-Ukraina.
“Serangan siber pada konflik Rusia dan Ukraina saat ini telah melibatkan penggunaan ruang dan potensi siber sehingga dampaknya harus diperhitungkan karena sudah tidak tergantung lagi pada wilayah, ruang, dan waktu,” kata Kepala BSSN Hinsa Siburian, dalam jumpa pers yang diselenggarakan di Sawangan, Depok, Jawa Barat, pada Senin (7/3/2022) kemarin.
Hinsa menilai, sikap ini netral terhadap sebuah konflik yang terjadi termasuk upaya menjunjung tinggi salah satu pilar keamanan siber yang kini sedang diperjuangkan di forum Persatuan Bangsa-bangsa (PBB), yaitu “responsible state behavior in cyberspace”.
https://nasional.kompas.com/read/2022/03/08/17190021/netizen-indonesia-diminta-skeptis-soal-informasi-konflik-rusia-ukraina