Salin Artikel

Andai Pilpres Hari Ini, Anda Pilih Siapa?

Dalam narasi pemberitaan, metodologi untuk survei capres ini menyodorkan daftar kandidat. Misalnya, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) memberikan 29 nama. Sementara, Survei Indikator mencantumkan 19 nama.

Dari daftar tersebut, perwakilan lembaga survei bertanya ke responden, kemudian hasilnya dicatat. Beberapa nama yang muncul dalam survei tersebut antara lain adalah Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, Ganjar Pranowo, Erick Thohir, Airlangga Hartanto, dan lain-lain. Mayoritas berasal dari kalangan eksekutif, baik itu menteri atau kepala daerah.

Ketika membaca berita-berita survei saat ini, terbesit ide ‘liar’. Bagaimana bila dimasukkan satu nama ke dalam daftar tersebut. Dan, satu nama tersebut misalnya Raffi Ahmad.

Kekuatan selebritas dalam politik tidak bisa dipandang sebelah mata. Besar kemungkinan hasil survei bisa berubah total.

Fenomena selebritas terjun ke politik

Dalam buku saya yang berjudul Komunikasi Politik di Era Digital: dari Big Data, Influencer Relations & Kekuatan Selebriti, Hingga Politik Tawa, terdapat satu sub-bab yang membahas mengenai fenomena artis terjun ke politik. Para artis Indonesia yang masuk ke panggung politik menunjukkan grafik yang menanjak untuk tingkat partisipasinya. Tren yang terjadi, para selebritas Tanah Air menjadi caleg dan berupaya menjadi anggota DPR RI.

Pada Pemilu 2004 terdapat 38 caleg selebritas. Kemudian, Pemilu 2009 diikuti 61 caleg selebritas. Selanjutnya, 71 caleg selebritas berpartisipasi di Pemilu 2014 dan Pemilu 2019 dengan partisipasi 91 caleg selebritas.

Pemilu 2019, hanya 14 selebritas yang tembus ke Senayan. Mayoritas berasal dari kalangan generasi X (kelahiran 1965-1980).

Mereka adalah Mulan Jamella (Gerindra, Dapil Jabar XI), Krisdayanti (PDIP, Dapil Jatim V), Tommy Kurniawan (PKB, Dapil Jabar V), Farhan (NasDem, Dapil Jabar I), Rano Karno (PDIP, Dapil Banten III), Nurul Arifin (Golkar, Dapil Jabar I), Nico Siahaan (PDIP, Dapil Jabar I), Eko Patrio (PAN, Dapil DKI Jakarta I), Desy Ratnasari (PAN, Dapil Jabar IV), Dede Yusuf (Demokrat, Dapil Jabar I), Primus Yustisio (PAN, Dapil Jabar V), Rieke Diah Pitaloka (PDIP, Dapil Jabar VII), Arzetty Bilbina (PKB, Dapil Jatim I), dan Rachel Maryam (Gerindra, Dapil Jabar II).

Sejauh ini, belum ada selebritas Tanah Air yang masuk ke politik dan menjadi capres, apalagi menjadi Presiden RI.

Setidaknya ada empat negara yang memiliki presiden dengan latar belakang selebritas, yakni Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan, Presiden Filipina Joseph Estrada, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, dan Presiden Polandia Lech Kazynski.

Andai pilpres dilakukan hari ini

Profesor P David Marshall dari Deakin University sekaligus penulis buku Celebrity and Power (1997) menulis, “in politics, a leader must somehow embody the sentiments of the party, the people and the state. In the realm of entertainment, a celebrity must somehow embody the sentiments of the audience” (hlm. 203).

Di era saat ini, garis pemisah antara politik dan selebritas sudah mulai hilang. Hal itu terjadi karena publik adalah audiens.

Politisi bergaya bak selebritas untuk memberi pertunjukkan dan menarik perhatian publik. Sebaliknya, selebritas terjun ke politik karena mengetahui modal popularitasnya bisa dikonversi menjadi jabatan politik.

Kembali ke Raffi Ahmad, selebritas berusia 35 tahun yang lahir pada 17 Februari 1987, dan termasuk kategori generasi milenial. Instagram Raffi-Nagita @raffinagita1717 saat ini memiliki 56,7 juta followers. Itu berarti, hampir seperempat dari total populasi di Indonesia mengenal Raffi Ahmad. Popularitas ini merupakan modal politik yang besar.

Bersama sang istri Nagita Slavina, Raffi mendirikan Rans Entertainment pada 2015 lalu. Menuju ke usia tujuh tahun, Rans telah menjelma menjadi salah satu media besar. YouTube Rans memiliki 23 juta subscribers dan Instagram dengan 2,2 juta followers.

Bila membicarakan media sosial, maka jumlah akun yang dijangkau (reach) bisa lebih tinggi lagi angkanya. Tidak hanya itu, jika dilakukan digital ads maka reach pun bisa berlipat ganda dari total pengikut.

Professor Komunikasi Politik dari University Antwerp, Peter Van Aelst dan Stefaan Walgrave mencetuskan model Information and Arena. Mereka memaparkan media adalah arena dalam komunikasi politik, dan pihak yang menguasai media bisa mengontrol arus informasi, sehingga lebih mendekatkan mereka pada tujuan politiknya.

Bayangkan bila Raffi Ahmad tiba-tiba (atau setelah membaca opini ini) memutuskan untuk masuk bursa capres. Kekuatan selebritas yang dimiliki Raffi, dipertajam dengan kekuataan media sosial melalui Rans Entertainment serta praktik digital ads. Bukan tidak mungkin, ayah dari Rafatar ini menghadirkan disrupsi di konstelasi politik Indonesia.

https://nasional.kompas.com/read/2022/02/23/11151801/andai-pilpres-hari-ini-anda-pilih-siapa

Terkini Lainnya

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Nasional
KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

Nasional
Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Nasional
Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Nasional
Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Nasional
Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Nasional
Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Nasional
Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

TNI Kirim Payung Udara, Bisa Angkut 14 Ton Bantuan untuk Warga Gaza Via Udara

Nasional
Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Tersangka Kasus Korupsi Timah Diyakini Bisa Bertambah 2-3 Kali Lipat jika Diusut Lewat TPPU

Nasional
Pakar Hukum Duga Ada 'Orang Kuat' Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Pakar Hukum Duga Ada "Orang Kuat" Lindungi Kasus Korupsi Timah yang Jerat Harvey Moeis

Nasional
Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia 'The New Soekarno'

Gerindra: Prabowo Tidak Cuma Janji Kata-kata, Dia "The New Soekarno"

Nasional
TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi dalam Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke