Ray berpandangan, elektabilitas para tokoh tersebut selama ini hanya ditopang oleh pencitraan, bukan karena visi dan sikap.
"Untuk situasi yang seperti sekrang ini, perlu juga mendorong satu isu, betapa penting masyarakat kita dialihkan perhatiannya dari urusan-urusan yang bersifat simbolik, bersifat pencitraan, ke urusan-urusan yang lebih substantif," kata Ray dalam sebuah diskusi, Jumat (11/2/2022).
Ray menyayangkan, para tokoh yang masuk bursa capres cenderung diam saat ada sebuah isu besar yang menyita publik, contohnya kasus tindakan represif aparat di Desa Wadas beberapa hari yang lalu.
Tak hanya soal Wadas, Ray menyebutkan, para kandidat juga harus berani berbicara soal isu-isu lainnnya seperti revisi UU KPK maupun omnibus law UU Cipta Kerja.
Padahal, menurut Ray, penting bagi publik untuk mengetahui sikap seorang pemimpin dalam menghadapi isu-isu besar agar publik tahu apa yang akan dilakukan oleh mereka bila terpilih pada Pilpres 2024.
"Ketika mereka dihantam dengan isu-isu penting terhadap bangsa dan negara, itu mereka lebih baik memilih diam. Oleh karena itu, sekalipun kita mengetahui figurnya, tetapi sebetulnya dari figur-figur ini kita belum tahu apa yang akan terjadi setelah 2024 mendatang," ujar Ray.
Ray menambahkan, hal ini mesti dilakukan jauh-jauh hari agar sikap para calon atas isu-isu substantif tersebut tidak menjadi diskursus yang baru diperbincangkan ketika mendekati hari pencoblosan.
"Itu diujikan kepada mereka yang kebetulan elektabilitasnya naik, itu ada alat ujinya, 1,5 tahun ini kita akan melihat sikap dan konsistensi mereka terhadap isu-isu yang sedang diperjuangkan," kata Ray.
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/11/19023311/kandidat-capres-diminta-tak-hanya-pencitraan-harus-bicara-isu-substantif