Proyeksi tersebut didasarkan pada pengalaman di beberapa negara lain yang telah mengalami masa puncak penularan varian Omicron.
"Negara kita mungkin akan sedikit lebih tinggi dibanding saat puncak Delta kemarin. Kalau kemarin sampai 57.000 kasus per hari, mungkin ini sekarang sekitar 100.000 sampai 150.000 lebih kasus per hari," ujar Dante ketika ditemui di kantor Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) di Jakarta, Kamis (3/2/2022).
Namun demikian ia mengatakan, jumlah lonjakan kasus harian tersebut akan sangat bergantung pada penerapan protokol kesehatan (prokes) di masyarakat.
Menurut Dante, dengan pengalaman lonjakan kasus varian Delta pada Juli 2021 lalu, saat ini masyarakat cenderung lebih siap dalam menghadapi masa puncak penularan Covid-19 varian Omicron.
"Di mana sudah ada pengalaman dua tahun ini. Mudah-mudahan kita harapkan kasusnya tidak setinggi itu. Caranya dengan menjaga protokol kesehatan. Kita berharap tidak setinggi itu," kata Dante.
Ia pun mengimbau agar masyarakat yang tertular Covid-19 dengan gejala ringan untuk melakukan isolasi mandiri.
Hal tersebut dimaksudkan untuk mengurangi tekanan di lokasi isolasi terpusat serta pelayanan rumah sakit.
"Jadi yang dibawa ke rumah sakit itu yang bergejala sedang. Kapan gejala sedang itu timbul? Kalau ada komorbid berat, lansia, dan saturasi oksigennya mulai turun. Nah itu baru dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan perawatan," kata Dante.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terbaru, total kasus Covid-19 akibat varian Omicron di Indonesia mencapai 3.161 kasus.
Sementara itu, pada Rabu (2/2/2022) kemarin, Indonesia kembali mencetak rekor peningkatan kasus harian Covid-19 sebanyak 17.895.
Jumlah itu melonjak tajam dibandingkan dengan jumlah kasus harian per Desember lalu pernah hanya mencapai 106 kasus per hari.
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/03/15593121/prediksi-puncak-omicron-capai-150000-kasus-wamenkes-tergantung-prokes