BOR RS di Jakarta, yang saat ini dilaporkan sebesar 45 persen, itu berbasis data tempat tidur isolasi yang saat ini terpasang.
"Ada yang namanya kapasitas maksimal, ada yang namanya kapasitas terpasang. Jadi DKI ini kapasitas maksimalnya 11.500 tempat tidur isolasi. Pada Juli pernah pasien yang kena 11.000 itu masih bisa masuk," kata Budi dalam sesi tanya jawab media yang ditayangkan YouTube KompasTV sebagaimana dilansir pada Jumat (28/1/2022).
"Angka 45 persen dihitung berbasis (tempat tidur) terpasang. Bukan berbasis (tempat tidur) maksimal 11.000. Sehingga kalau dihitung terhadap kapasitas maksimal BOR DKI baru 12-14 persen," lanjutnya.
Kapasitas tempat tidur di RS Covid-19 DKI Jakarta saat ini sebanyak 3.900.
Budi menyebutkan, angka BOR 45 persen itu dihitung dari kapasitas tempat tidur terpasang saat ini.
"Itu bukan kapasitas maksimal. Jadi itu yang terpasang," tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Budi juga menjelaskan posisi BOR RS untuk pasien Covid-19 secara nasional.
Menurut dia, kapasitas tempat tidur di RS Covid-19 secara nasional yang terpasang saat ini 70.000. Kemudian saat ini ada sekitar 7.800 pasien yang dirawat di RS-RS tersebut.
"Tapi kapasitas maksimal secara nasional itu 130.000. Sehingga BOR kita saat ini apabila dibandingkan Juli 2021 sebesar 7-8 persen," tambah Budi.
Sebelumnya, tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Abraham Wirotomo mengatakan, BOR di RS di Jakarta mencapai 45 persen pada Rabu lalu. Selain itu, KSP sudah mulai menerima laporan warga yang sulit mencari RS.
"Data per Rabu (26/1/2022) kemarin, BOR RS di Jakarta mencapai 45 persen. Dan KSP sudah mulai menerima laporan warga yang kesulitan mencari rumah sakit," kata Abraham dalam keterangan tertulisnya pada Kamis kemarin.
"Keterisian tempat tidur rumah sakit di Jakarta saat ini justru didominasi oleh pasien yang sifatnya bukan mendesak, atau tanpa gejala dan ringan," lanjutnya.
Padahal menurutnya masyarakat dan rumah sakit mestinya lebih mengutamakan pasien yang sakit berat, lansia, dan komorbid.
Karena itu Abraham mengimbau masyarakat yang terpapar Covid-19 varian Omicron tanpa gejala atau ringan lebih memanfaatkan telemedis dan melakukan isolasi mandiri (isoman).
"Masyarakat tidak perlu panik. Apalagi WHO menyebut varian Omicron lebih ringan ketimbang (varian) Delta. Yang penting waspada proposional," ujar Abraham.
https://nasional.kompas.com/read/2022/01/28/09272581/menkes-bor-rs-covid-19-di-jakarta-saat-ini-berbasis-kapasitas-terpasang