Amin mengatakan, sejak dilebur ke BRIN, LBM Eijkman menghentikan program deteksi Covid-19 menggunakan PCR dan pemeriksaan sampel dengan Whole Genome Sequencing (WGS).
"Tadi diagnosis PCR dan Whole Genome Sequencing (WGS) dengan sangat berat hati kami harus hentikan tanggal 31 Desember kemarin," kata Amin dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR di Komplek Parlemen, Jakarta, Senin (17/1/2022).
Menurut Amin, LBM Eijkman sejak awal pandemi Covid-19 ikut membantu mendeteksi varian baru virus Corona melalui WGS dan rutin menginput data terbaru ke GISAID.
Ia mengatakan, dengan dihentikannya program tersebut, maka jumlah varian baru virus Corona yang bisa dideteksi Indonesia menjadi sedikit dan terlambat.
"Dan teman-teman di Balitbangkes pun sebetulnya masih sangat mengharapkan Lembaga Eijkman bisa terus berfungsi melakukan itu, karena kalau ini mereka sendiri yang mengerjakan akan keteteran dan terjadi kelambatan," ujarnya.
"Padahal kita tahu bahwa kelambatan diagnosis Covid-19 itu dampaknya adalah pengendaliannya akan terlambat juga," sambungnya.
Amin juga mengatakan, peleburan ke BRIN menyebabkan pengembangan vaksin Merah Putih menjadi terhambat.
Ia menjelaskan, awalnya vaksin Merah Putih buatan LBM Eijkman akan mendapatkan izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada pertengahan tahun 2022. Namun, saat ini pengembangan vaksin Merah Putih terhambat dan diperkirakan baru mendapat izin penggunaan darurat pada awal 2023.
"Karena saat ini masih menunggu proses pembicaraan komitmen anggaran dan sebagainya," ucap dia.
https://nasional.kompas.com/read/2022/01/17/18432471/setelah-lbm-eijkman-dilebur-ke-brin-sejumlah-program-dihentikan-termasuk