Dia menepis kabar kekhawatiran vaksin Merah Putih akan terbengkalai setelah Lembaga Eijkman melebur dalam tubuh BRIN.
"Untuk vaksin terus berlanjut, justru tim semakin kuat karena ada tambahan periset sekepakaran dari eks LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia), dan nanti ada Balitbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan) Kementerian Kesehatan juga," kata Laksana saat dihubungi Kompas.com, Senin (3/1/2022).
Diketahui, LBM Eijkman telah resmi bergabung dalam BRIN pada September 2021. Hal itu juga menjadikan nama LBM Eijkman berubah menjadi Pusat Riset Biologi Molekuler (PRBM) Eijkman.
Meski menyatakan BRIN terus melanjutkan pengembangan vaksin, Laksana mengakui jika proses tersebut ada keterlambatan.
"Tetapi, itu lebih karena masalah teknis mengingat belum ada tim yang pernah mengembangkan vaksin dari nol," ucap dia.
Bersamaan dengan itu, Laksana juga memastikan bahwa Tim Waspada Covid-19 LBM Eijkman atau Wascove tetap dilanjutkan oleh BRIN.
Menurut dia, tim itu kini dilanjutkan di bawah manajemen Deputi Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN.
"Tim WASCOVE masih dilanjutkan di bawah manajemen Deputi Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN. Tim juga diintegrasikan dengan tim LIPI di Cibinong Science Center (CSC)," klaim Laksana.
Ia juga mengeklaim, dengan hal tersebut, kapasitas sumber daya pengembangan vaksin akan meningkat, tetapi untuk biaya uji dan WGS bisa semakin murah.
"Di Basrah satu juta per sampel dari sebelumnya bisa sampai di atas 3 juta. Tentu (pengembangan vaksin) harus lanjut. Itu penting, dan prioritas utama saat ini," pungkas Laksana.
Diketahui, LBM Eijkman kini berganti nama menjadi PRBM Eijkman. Hal ini karena Lembaga tersebut telah terintegrasi dalam BRIN.
Bersamaan dengan itu, muncul polemik bahwa terdengar kabar ratusan tenaga honorer baik peneliti maupun bukan di Lembaga Eijkman, tidak diperpanjang kontraknya atau diberhentikan.
Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala PRBM Eijkman Wien Kusharyoto mengonfirmasi bahwa ada 113 orang tenaga honorer dari Eijkman diberhentikan.
"Ada 113 orang, sekitar 71 adalah tenaga honorer periset," kata Wien saat dihubungi Kompas.com, Minggu (2/1/2022).
Adapun Vaksin Merah Putih sebelumnya dikembangkan oleh LBM Eijkman dan Bio Farma.
Pada 23 Desember 2021, eks Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio mengatakan, vaksin itu dapat digunakan sebagai vaksin keperluan vaksinasi primer maupun booster.
Namun, diperkirakan vaksin produksi dalam negeri ini baru bisa diproduksi massal pada akhir 2022.
https://nasional.kompas.com/read/2022/01/03/16033801/banyak-peneliti-eijkman-yang-diberhentikan-apa-kabar-kelanjutan-vaksin-merah